Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Sosiologi Unair Tanggapi Fenomena Perselingkuhan "Layangan Putus"

Kompas.com - 06/01/2022, 20:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, Serial Layangan Putus banyak menyita perhatian masyarakat. Serial yang menceritakan perselingkuhan dalam rumah tangga itu menghangat di berbagai kanal media sosial.

Kinan, si pemeran wanita utama merasa terkhianati dengan sikap Aris sang suami yang diam-diam selingkuh dengan Lidya. 

Seluruh impian Kinan, bahkan bisa pergi ke Cappadocia, Turki justru dinikmati oleh Aris dan Lidya. Kehancuran itu, membuatnya terpuruk dan tak bisa memaafkan keduanya. 

Film adapatasi dari novel MommyASF dengan judul sama ini santer menjadi perbincangan. Banyak juga masyarakat yang berbicara melalui media sosial, juga merasakan menjadi sosok "Kinan" tidak enak, penuh emosi, dan menyiksa batin. 

Baca juga: 5 Alasan Pasangan Selingkuh, Ini Penjelasan Sosiolog Unair

Menanggapi fenomena perselingkuhan, Dosen sosiologi keluarga Universitas Airlangga (Unair) Sutinah memberi saran bagaimana membaca tanda-tanda perselingkuhan.

Menurut Sutinah dalam mempertahankan perkawinan pasca perselingkuhan yaitu perlunya membangun trust kembali.

Meskipun itu bukan hal yang mudah dilakukan bagi perempuan yang ‘tersakiti’. Tidak hanya itu, sambungnya, berbicara soal tatanan sosial, pihaknya menyebut ideologi patriarki masih mengental di masyarakat.

“Suatu konstruksi sosial yang menganggap perempuan lemah dan mudah disakiti laki-laki, terlebih perempuan kerap ditempatkan di subordinat artinya hanya bisa patuh, padahal perempuan berhak mendapatkan kesempatan untuk membela diri,’’ terang Guru Besar FISIP Unair ini dilansir dari laman Unair.

Ia menambahkan, ketika laki-laki gajinya oke, cakupan pergaulannya luas, ia merasa mampu, dan tak segan mencoba selingkuh. Di situ peran perempuan harus bisa membaca tanda-tanda.

Baca juga: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia

“Melek diselingkuhin, yang biasanya pulang kantor jam segini, yang biasanya cara berpenampilannya begini tiba-tiba trendy, dan keperbedaan lainnya yang menonjol dari keseharian,’’ ujar Prof. Sutinah.

Perempuan harus berani dalam menghadapi situasi ini, berani mengungkap bahwa perselingkuhan itu termasuk tindakan menyimpang.

Lebih lanjut, ia juga mengungkap bahwa seseorang yang pernah selingkuh berpotensi selingkuh lagi.

“Sama dengan orang yang melanggar aturan lalu lintas, dalam sosiologi sebuah perilaku menyimpang itu menguntungkan. bisa menguntungkan dari sisi waktu. Nah, perselingkuhan bisa menikmati sesuatu, tidak harus melulu soal seksual lho ya,’’ tegas Prof. Sutinah.

Prof. Sutinah juga mengungkap alasan perempuan yang kerap mempertahankan rumah tangga pasca diselingkuhi berkali-kali. Menurutnya, sebagian besar karena faktor ekonomi yang masih bergantung pada laki-laki.

Baca juga: Mengenal Dunia Perempuan lewat Lebih Senyap dari Bisikan

“Saya kira keluarga itu perlu membangun bahagia setara, pekerjaan domestik tidak harus semua dikerjakan perempuan, hanya di rumah saja, performanya jadi tidak karuan, kemudian laki-laki jadi pergi, mencari tempat idaman yang lain,’’ tambahnya.

Ia menekankan kembali bahwa perempuan itu harus berdaya dan berhak hadir di ruang publik serta melek literasi agar tidak mudah dibodohi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com