KOMPAS.com - Pemerintah berencana memberikaan booster vaksin Covid-19 mulai Januari 2022.
Lantas, jenis vaksin Covid-19 apa yang bisa digunakan sebagai booster?
Baca juga: Pakar UGM: Varian Omicron Belum Tentu Lebih Menular
Pakar Mikrobiologi Klinik sekaligus Guru Besar FKKMK UGM, Prof. Tri Wibawa mengatakan, semua vaksin memiliki potensi untuk dipakai sebagai booster vaksin Covid-19, termasuk vaksin Merah Putih.
"Semua vaksin berpotensi sebagai booster, tentunya setelah melalui uji klinis khusus untuk membuktikan keamanan dan hasil gunanya sebagai booster," ucap dia melansir laman UGM, Kamis (23/12/2021).
Tri Wibawa mengungkapkan, banyak tantangan dalam pengembangan vaksin, termasuk vaksin Covid-19.
Pengembangan vaksin tidak dapat dilakukan dengan cepat, karena terdapat banyak proses dan tahapan yang harus dilalui.
Hal tersebut diperlukan untuk membuktikan kandidat vaksin yang dikembangkan aman dan berhasil memberikan perlindungan orang terhadap Covid-19.
Upaya pengembangan vaksin nasional dilakukan oleh sejumlah institusi dan perguruan tinggi di tanah air salah satunya pengembangan vaksin Merah Putih.
Baca juga: Dies Natalis ke-72, Rektor UGM: Kampus Harus Berikan Manfaat
UGM turut menjadi salah satu lembaga yang melakukan pengembangan vaksin Merah Putih.
"Pengembangan vaksin sangat kompleks, untuk sampai tahap uji klinis masih panjang prosesnya. Saat ini kita sedang persiapkan melakukan uji imunogenitas pada hewan coba," ucap tim pengembang vaksin Merah Putih UGM ini.
Dia menjelaskan untuk melihat efek imunogenitas vaksin, timnya akan menguji kandidat protein ke mencit.
Dalam pengembangan vaksin Merah putih, UGM fokus pada pengembangan vaksin berbasis DNA protein rekombinan dan menggunakan Carbonated Hydroxyapatite (CHA) sebagai adjuvan.
"Yang membedakan pengembangan vaskin UGM ini dengan yang lainnya adalah pada platform teknologinya yakni rekombinan protein," tututnya.
Tri Wibawa menyebut setiap platform pengembangan vaksin mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Menurut dia, vaksin yang dikembangkan UGM dengan berbasis protein rekombinan lebih menjanjikan untuk mengurangi potensi efek samping.
Baca juga: Kisah Jerome Polin Sekolah Bareng Crazy Rich hingga Kuliah ke Jepang
"Tak hanya itu, dengan platform tersebut juga lebih mudah dalam produksi massal," tukas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.