Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah, Simak Perinciannya

Kompas.com - 22/12/2021, 06:12 WIB
Erwin Hutapea

Penulis

KOMPAS.com – Keberadaan bahasa daerah di Indonesia menjadi salah satu perhatian lembaga internasional saat banyak bahasa lokal di dunia sudah mulai punah.

Dalam rilisnya pada 21 Februari 2019, UNESCO mengungkapkan bahwa sekitar 2.500 bahasa di dunia terancam punah, termasuk lebih dari 100 bahasa daerah di Indonesia.

UNESCO pun menyebutkan, sebanyak 200 bahasa mengalami kepunahan dalam 30 tahun terakhir dan 607 bahasa dalam status tidak aman. Selain itu, diperkirakan sekitar 3.000 bahasa lokal akan punah di akhir abad ini.

Untuk di Indonesia, bahasa lokal sama dengan bahasa daerah karena seseorang menggunakan bahasa tersebut sehari-hari sejak kecil atau menjadi bahasa pertama yang dikuasainya.

Sehubungan dengan itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melalui Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Pelindungan Bahasa dan Sastra melakukan kajian vitalitas bahasa dari tahun 2011 sampai 2019.

Dari 718 bahasa yang dipetakan, baru 94 bahasa daerah atau sekitar 10 persen yang dikaji vitalitas bahasanya.

Hasil kajian itu menunjukkan bahwa 8 bahasa dikategorikan punah, 5 bahasa kritis, 24 bahasa terancam punah, 12 bahasa mengalami kemunduran, 24 bahasa dalam kondisi rentan (stabil, tetapi terancam punah), dan 21 bahasa berstatus aman.

Menurut data KKLP Pelindungan Bahasa dan Sastra, berikut ini daftar status beserta nama berbagai bahasa daerah di Indonesia:

1. Aman

Maksudnya adalah bahasa ini masih dipakai oleh semua anak dan semua orang dalam etnik itu, yaitu:
1. Bahasa Aceh - Aceh
2. Bahasa Jawa - Jawa Tengah dan Jawa Timur
3. Bahasa Sunda - Jawa Barat
4. Bahasa Madura - Jawa Timur
5. Bahasa Bali - Bali
6. Bahasa Melayu - Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau
7. Bahasa Minangkabau - Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu
8. Bahasa Sentani - Papua
9. Bahasa Korowai Karuwage (Korowage) - Papua
10. Bahasa Biak - Papua
11. Bahasa Sumbawa - Nusa Tenggara Barat
12. Bahasa Bugis - Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah
13. Bahasa Makassar - Sulawesi Selatan
14. Bahasa Muna - Sulawesi Tenggara
15. Bahasa Awban - Yahukimo, Papua
16. Bahasa Sasak - Nusa Tenggara Barat
17. Bahasa Bajo - Nusa Tenggara Barat
18. Bahasa Bima (Mbojo) - Nusa Tenggara Barat
19. Bahasa Dajub (Tokuni) - Papua
20. Bahasa Serui Laut - Papua
21. Bahasa Samawa - Nusa Tenggara Barat

2. Rentan

Maksudnya adalah semua anak dan kaum tua menggunakan bahasa daerah ini, tetapi jumlah penuturnya sedikit, yaitu:
1. Bahasa Buru – Maluku
2. Bahasa Lisabata – Maluku
3. Bahasa Luhu – Maluku
4. Bahasa Meoswar (Roswar) – Papua
5. Bahasa Kuri/ Nabi – Papua
6. Bahasa Aframa/ Usku – Papua
7. Bahasa Gresi – Papua
8. Bahasa Ormu – Papua
9. Bahasa Somu/ Toro – Papua
10. Bahasa Mandar – Sulawesi
11. Bahasa Minahasa – Sulawesi
12. Bahasa Kerinci – Sumatera
13. Bahasa Senggi - Senggi, Papua
14. Bahasa Pamona - Morowali, Sulawesi Tengah
15. Bahasa Rongga - Nusa Tenggara Timur
16. Bahasa Wolio - Baubau, Sulawesi Tengah
17. Bahasa Betawi - DKI Jakarta
18. Bahasa Mansim Borai - Papua Barat
19. Bahasa Bugis - Nusa Tenggara Barat
20. Bahasa Oirata – Maluku
21. Bahasa Dondo dialek Dampelas - Sulawesi Tengah
22. Bahasa Gayo – Aceh
23. Bahasa Seget - Papua Barat
24. Bahasa Kayu Agung dialek Pagar Dewa (Ranau) - Sumatera Selatan

3. Mengalami Kemunduran

Maksudnya adalah sebagian penutur anak-anak dan kaum tua dan sebagian anak-anak lain tidak menggunakan bahasa ini, yaitu:
1. Bahasa Hitu – Maluku
2. Bahasa Tobati – Papua
3. Bahasa Hatam - Papua Barat
4. Bahasa Gorontalo dialek Suwawa - Bone Bolango, Gorontalo
5. Bahasa Saleman – Maluku
6. Bahasa Yalahatan – Maluku
7. Bahasa Rampi - Sulawesi Selatan
8. Bahasa Lemolang (Limola) - Sulawesi Selatan
9. Bahasa Minangkabau dialek Talang Mamak – Riau
10. Bahasa Benggaulu - Sulawesi Barat
11. Bahasa Ogan dialek Rawas - Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan
12. Bahasa Enggano - Bengkulu

4. Terancam Punah

Maksudnya adalah semua penuturnya berusia 20 tahun ke atas dan jumlahnya sedikit, sedangkan generasi tua tidak berbicara kepada anak-anak atau di antara mereka sendiri, yaitu:
1. Bahasa Hulung – Maluku
2. Bahasa Samasuru – Maluku
3. Bahasa Mander – Papua
4. Bahasa Namla – Papua
5. Bahasa Usku – Papua
6. Bahasa Maklew/ Makleu – Papua
7. Bahasa Bku – Papua
8. Bahasa Ponosokan/ Ponosakan - Sulawesi Utara
9. Bahasa Konjo - Sulawesi Selatan
10. Bahasa Bajau Tungkal Satu – Jambi
11. Bahasa Lematang - Sumatera Selatan
12. Bahasa Dubu - Keerom, Papua
13. Bahasa Irarutu - Fakfak Papua
14. Bahasa Podena -Sarmi, Papua
15. Bahasa Sangihe Talaud - Minahasa, Sulawesi Utara
16. Bahasa Minahasa – Gorontalo
17. Bahasa Nedebang - Nusa Tenggara Timur
18. Bahasa Adang - Nusa Tenggara Timur
19. Bahasa Arguni (Taver) - Papua Barat
20. Bahasa Kalabra - Papua Barat
21. Bahasa Sawai – Maluku
22. Bahasa Tunjung - Kalimantan Timur
23. Bahasa Minangkabau dialek Sakai – Riau
24. Bahasa Jawa dialek Bebasan - Cilegon, Banten

5. Kritis

Maksudnya adalah penutur bahasa ini berusia 40 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit, yaitu:
1. Bahasa Retta - Nusa Tenggara Timur
2. Bahasa Saponi – Papua
3. Bahasa Ibo – Maluku
4. Bahasa Meher - Maluku Tenggara Barat
5. Bahasa Letti - Maluku

6. Punah

Maksudnya adalah penutur bahasa ini tidak ada lagi penuturnya, yaitu:
1. Bahasa Tandia - Papua Barat
2. Bahasa Mawes – Papua
3. Bahasa Kaiely – Maluku
4. Bahasa Piru – Maluku
5. Bahasa Moksela – Maluku
6. Bahasa Palumata – Maluku
7. Bahasa Hukumina – Maluku
8. Bahasa Hoti – Maluku

Baca juga: Daftar Bahasa Daerah di Indonesia

Upaya pemerintah

Terkait hal itu, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 24 Tahun 2010 sebagai peraturan pelaksana dari UU Nomor 24 Tahun 2009 dalam Pasal 452.

Perpres itu menyebutkan bahwa lembaga yang melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia adalah sebuah badan, yaitu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa).

Lembaga tersebut terus berupaya untuk mempertahankan dan mengembangkan bahasa daerah agar tetap dipergunakan oleh penuturnya.

Upaya itu termasuk melakukan pencegahan atau perbaikan aspek bahasa yang rusak, misalnya melalui penyusunan kamus, sistem aksara atau ortografis, dan bahan pengajaran multilingual.

Selain itu, upaya pemelajaran bahasa daerah terhadap penutur bahasa yang bersangkutan, baik di dalam kelas/kelompok maupun pemodelan pada suatu komunitas penutur bahasa, pun dilakukan untuk meningkatkan daya hidup atau vitalitas bahasa.

Maka dari itu, Badan Bahasa melalui KKLP Pelindungan Bahasa dan Sastra melakukan lima program untuk melindungi keberadaan bahasa dan sastra daerah di Indonesia agar tidak punah.

Kelima program utama yang dirumuskan untuk mewujudkan pelindungan bahasa dan sastra yaitu pemetaan, kajian vitalitas, konservasi, revitalisasi, serta registrasi bahasa dan sastra.

Plt. Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Dr. Dora Amalia, M.Hum mengatakan, pelaksanaan program-program tersebut memperoleh respons positif dari para penutur bahasa.

“Masyarakat penutur sebagai pemilik bahasa sangat mendukung penuh kegiatan pelindungan bahasa dan sastra daerah di wilayah mereka karena merasa pemerintah pusat memperhatikan keberadaan identitas mereka,” ujar Dora Amalia.

Dia juga menuturkan bahwa masyarakat penutur yang awalnya abai terhadap program tersebut akhirnya menjadi tergugah dan tersadar akan pentingnya pelestarian bahasa dan sastra daerah masing-masing.

“Bentuk dukungan diberikan berupa kesediaan dan antusiasme mereka dalam memberikan segala informasi yang dibutuhkan tim pelindungan bahasa dan sastra,” ucapnya.

Baca juga: Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah, Ini Faktor Pemicunya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com