Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog UGM: Lansia Perlu Vaksin Booster, Cegah Varian Omicron

Kompas.com - 17/12/2021, 18:45 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah pemangku kebijakan di daerah kini bersama-sama mengantisipasi penyebaran virus Covid-19 jenis B 1.1.529 atau Omicron, yang diketahui telah masuk ke Indonesia.

Beberapa saran dari akademisi turut mengemuka, sebagai upaya mengantisipasi agar virus varian baru itu tidak semakin menyebar luas.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM),  Bayu Satria Wiratama mengatakan, jika virus jenis Omicron ini jauh lebih cepat menyebar dibanding dengan varian Delta.

Untuk itu kelompok rentan seperti lansia dan orang bekomorbid harus diprioritaskan mendapat booster vaksin.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

"Antisipasi seperti ini, kita tahu Omicron sudah masuk dan dugaannya lebih menular dari pada Delta ya itu kita antisipasi terutama vaksinasi harus dipercepat terutama yang rentan seperti usia lansia sama yang punya komorbid," kata Bayu, saat dikonfirmasi. 

Alasan pentingnya para lansia mendapatkan perlindungan lebih karena ketika mereka tertular ada kemungkinan akan mengalami kondisi berat.

Oleh karena itu, selain mendapatkan vaksin dua dosis, mereka juga harus mendapatkan booster.

"Kalau mau diberikan booster jangan untuk masyarakat umum tetapi untuk mereka yang lansia dan yang punya komorbid. Lebih bagus kalau memperluas menjangkau dosis lengkap dulu sampai hampir 100 persen yang lansia sama yang punya komorbid baru di-booster," tegasnya.

Bayu menambahkan, Booster ini juga penting karena menurutnya Omicron diduga lebih menurunkan efektivitas vaksin dibanding dengan varian Delta.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Jika efektivitas vaksin pada Delta mencapai 80 persen, maka untuk Omicron hanya berkisar 70 persen.

Kendati sudah ada beberapa analisa semacam itu, Bayu tidak menampik masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih rinci terkait riset tersebut.

"Kalau berbahaya ke lansia, tidak ada secara spesifik khusus lansia lebih berbahaya, tapi Omicron ini sementara bukti yang ada yang kita tahu dia lebih lagi menurunkan efektivitas vaksin daripada delta," ungkapnya.

"Otomatis lansia yang dapat vaksin kemampuan perlindungan vaksin lebih turun lagi sehingga dia lebih berisiko lagi kalau kena Omicron. Tetapi semua kelompok umur berisiko dan lansia lebih berisiko karena lebih rentan," imbuh Bayu.

Di sisi lain, menurut Bayu vaksinasi lansia di Indonesia saat ini menjadi salah satu yang paling lamban dibanding kelompok usia lain.

"Paling susah naiknya vaksinasi lansia karena banyak hal antaranya distribusi vaksin dan lansia banyak yang lebih mudah termakan informasi salah, jadi susah dibujuk keluarganya sendiri (untuk vaksin)," katanya.

Disisi lain, Ketua Tim Percepatan Vaksinasi Covid-19 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumadi mengatakan masukan dari epidemiolog sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan.

Baca juga: Ini Jadwal Libur Sekolah Periode Nataru Provinsi Jatim dan Jateng

Namun, Sumadi menjelaskan terkait booster vaksin ketentuannya ada di pemerintah pusat.

"Itu kan masukan ya. Tetapi yang jelas vaksinasi untuk lansia kami ngejar 87 persen. Artinya sudah di atas rata-rata. Dan kalau booster kami menunggu dari pusat," katanya.

Dia menegaskan, saat ini fokus pemerintah DIY mengejar sisa-sisa masyarakat kelompok lansia yang belum tervaksin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com