KOMPAS.com - Masalah sampah pangan adalah masalah fenomena gunung es. Telah banyak inisiatif dan perhatian diberikan kepada sampah anorganik seperti tas kresek, botol plastik, dan kemasan makanan, namun masih cukup timpang perhatian kepada sampah sisa makanan.
Padahal menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) komposisi sampah terbesar yang dihasilkan di Indonesia adalah sampah organik (60 persen) dengan mayoritas berasal dari sampah rumah tangga (37,39 persen).
Menjawab tantangan tersebut, Kedutaan Belanda dan Ecoxyztem, venture builder untuk startup solusi Climate Tech dan permasalahan lingkungan, menggelar “Photo Story and Video Competition: Rethinking Food Waste, Exploring Opportunities".
Gelaran kompetisi foto dan video ditutup secara daring pada 27 November 2021 dengan upacara penyerahan penghargaan kepada para pemenang lomba.
Proses pendaftaran dan seleksi yang dilakukan hanya dalam waktu satu bulan telah berhasil mengumpulkan lebih dari 60 peserta baik dari universitas maupun SMA seluruh Indonesia.
Beberapa peserta yang hadir secara daring mengungkapkan antusiasmenya dalam mencari ide pemecahan masalah sampah makanan melalui media video, dan fotografi. Beberapa diantaranya menyebutkan berasal dari daerah Aceh, Palembang, Jombang, Bogor, dan Purwokerto.
“Kedutaan Besar Belanda sangat senang dapat berkolaborasi dengan Ecoxyztem dan berperang melawan masalah sampah pangan, baik yang ada di limbah hulu maupun yang sudah melewati rantai pasok pangan," ungkap Ana Saleh, Senior Policy Advisor for Agriculture, Fishery, Food, and Forestry Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia.
"Ada banyak sekali cerita yang coba teman-teman sampaikan melalui foto dan video yang telah dikumpulkan, hal tersebut sangat menginspirasi kami untuk menentukan langkah inisiatif selanjutnya dan sekaligus akan terus menggaungkan kampanye dalam mengatasi masalah sampah pangan hingga ke sekolah-sekolah," jelas Ana Saleh.
Baca juga: Prasmul Jadi Salah Satu Perguruan Tinggi yang Paling Banyak Menangkan Kompetisi Wirausaha
Dalam kesempatan sama, Bijaksana Junerosano, Founder Greeneration Group, mengungkapkan, “menurut riset mengenai sampah makanan yang dilakukan oleh Bappenas, UNDP dan Waste4Change dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2019, Indonesia berpotensi mengalami kerugian sekitar 213 sampai dengan 500 triliun per tahun akibat permasalahan sampah makanan."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.