Penulis: Ketut Trisandy, Staff Research and Development Fiksioner Indonesia
KOMPAS.com - Siapa menyangka limbah besi dapat dijadikan produk fesyen bermutu unggul dan menjadi produk bisnis yang ramah lingkungan?
Inilah yang sedang dikembangkan Ahmad Dzaky Harliansyah dan Diva Marshanda Sofiana Surya, keduanya merupakan siswa di MAN 2 Kudus.
Dengan mengusung produk bertajuk Rust Dye Wear, siswa kelas 12 tersebut memanfaatkan limbah besi sebagai pewarna kain alami untuk produk fesyen berupa kemeja dan tas.
“Awalnya kami melihat penumpukan limbah logam di Kota Semarang yang semakin meningkat, dan penurunan pendapatan dari para pengepul besi. Berangkat dari sana, kami berpikir untuk membuat suatu produk yang dapat memecahkan permasalahan tersebut sehingga lahirlah Rust Dye Wear” ujar Dzaky ketika dihubungi melalui telepon.
Menurut penuturan Dzaky, proses pembuatan produk fesyen ini terbilang tidak mudah.
Mereka membutuhkan waktu selama 2 minggu untuk mencoba berbagai metode, posisi peletakan dan jenis besi yang digunakan untuk menghasilkan kain ecoprint dengan kualitas baik.
Baca juga: Penutupan FIKSI 2021, Nadiem Makarim: Masa Transisi Harus Diisi Keyakinan dan Optimisme
Mulanya, mereka belajar membuat kain ecoprint dari orangtua Dzaky yang merupakan salah satu pelaku usaha yang membuat kain dengan bahan dasar pewarna alami.
Dengan menggunakan air garam sebagai mordant, kain yang awalnya polos direndam selama 15 menit kemudian diletakkan limbah besi di atasnya sesuai dengan kreativitas.
Setelah melewati hampir 4 hari masa penjemuran, kain bermotif limbah besi tersebut dicuci dan dikeringkan hingga selanjutnya diproses menjadi produk fesyen berupa kemeja dan tas.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.