Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/09/2021, 19:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mendengar istilah santet, masyarakat pasti langsung menggambarkan santet bagian dari ilmu hitam.

Bahkan, ada anggapan santet sebagai pilihan mudah untuk mencelakai orang yang tidak disukai atau misalnya membuat orang lain suka pada seseorang.

Ternyata, santet tidak seseram itu. Tidak juga seperti yang digambarkan dalam film atau sinetron. Santet ada juga yang asalnya dari ilmu putih atau bertujuan positif.

Fakta ini, digali 5 mahasiswa yang tergabung di Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) UGM yang terdiri dari Izza (Arkeologi 2019), Derry (Bahasa dan Sastra Indonesia 2019), Ana (Arkeologi 2019), Syibly (Psikologi 2018), dan Fadli (Sastra Jawa 2018).

Mereka melakukan penelitian terkait bagaimana santet dipahami di masyarakat dan bagaimana pemahaman tersebut berubah dari sesuatu yang memiliki nilai positif menuju hal yang sepenuhnya negatif.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

Untuk membuktikan santet, mereka melibatkan berbagai pihak untuk diwawancara, analisis digital, serta analisis tekstual terhadap berbagai teks.

“Pemahaman masyarakat Indonesia secara umum terhadap santet dapat dibilang hanya sampai pada simpang siur tanpa adanya bukti valid. Minimnya pengetahuan berbukti valid itu bermuara pada terbentuknya beragam persepsi masyarakat. Mayoritas persepsi tersebut menilai santet sebagai suatu hal yang negatif dan sudah selayaknya ditinggalkan. Persepsi tanpa dasar semacam ini kerap melahirkan reaksi tanpa argumen dan hanya berdasar sentimen belaka,” terang Izza dilansir dari laman UGM.

Awal Mula Santet

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Izza dan tim, menunjukkan jika santet sudah mengakar di dalam masyarakat Jawa. Hal itu terekam dalam peninggalan-peninggalan tekstual seperti manuskrip dan aktivitas manusia pada waktu itu.

Baca juga: Mahasiswa Dapat Rp 9 Juta Per Semester, Ini Cara Daftar KJMU Tahap II 2021

Secara tekstual, kata santet tidak ditemukan dalam manuskrip. Kata yang memiliki hubungan erat dengan santet adalah kata sathet yang dimuat dalam Serat Wedhasatmaka tahun 1905 yang berarti ‘jenis pesona dengan menggambar’.

Meskipun secara tekstual kata santet tidak terdapat dalam beberapa manuskrip sebagai objek kajian data, hal ini dirasa wajar sebab dalam kasusastran Jawa santet merupakan akronim dari mesisan kanthet dan mesisan benthet. Izza dan tim sendiri, mendapat fakta ini setelah melakukan wawancara yang dengan Wisma Nugraha yang merupakan Dosen FIB UGM.

Dua Sifat Santet

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Perdunu (Persatuan Dukun Nusantara), masyarakat Jawa khususnya Banyuwangi terungkap bahwa sifat dari santet adalah membuat sesuatu menjadi rekat sekalian (mesisan kanthet) ataukah justru sebaliknya yaitu membuat sesuatu menjadi retak atau pecah sekalian (mesisan benthet).

Oleh karena itu, santet dalam pikiran orang Jawa pada waktu itu memuat dua nilai yakni nilai positif atau kebaikan yang tergambarkan melalui piranti-piranti dan konsep yang membingkai santet menjadi positif serta paradigma nilai santet yang negatif akibat penyalahgunaan santet tersebut.

Baca juga: Beasiswa S2 Stanford University 2022, Kuliah Gratis dan Biaya Hidup

Meminta Hujan Sampai Sembuhkan Penyakit Lewat Santet

Nilai positif santet secara nyata menurut Izza dkk. dibuktikan dalam penggunaannya dalam aktivitas keseharian masyarakat Madura untuk menangkap ikan, memanggil hujan, menyembuhkan sakit, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk praktik tersebut merupakan bentuk santet yang bermanfaat bagi pelaku dan lingkungan di sekitarnya tanpa merusak dan melukai siapapun. Nilai positif santet ini hidup karena adanya piranti santet yang positif (mantra, dukun dan perlengkapan sajian).

“Seperti tersebut di atas bahwa santet memiliki konsep nilai positif dan negatif. Akibat perlakuan yang tidak sebagaimana mestinya santet menjadi disalahgunakan,” ucap Izza.

Santet Bisa Diusung Menjadi Kekayaan Budaya

Tim ini, juga kembali menggali konsep nilai positif santet yang sudah mengalami pergeseran di era modern sekarang ini. Mengembalikan ulang nilai-nilai santet perlu dilakukan dengan tujuan menyelaraskan konsep santet dulu dengan sekarang serta membedah istilah santet yang tidak melulu horor dan cenderung buruk.

Pihaknya juga mendorong agar santet dipandang sebagai kekayaan intelektual bangsa yang perlu dipahami dengan arif dan bijaksana sehingga tidak ada lagi marginalisasi antar budaya.

Baca juga: Bank BCA Buka 9 Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com