KOMPAS.com - Bayi prematur, bayi yang lahir kurang bulan atau lebih memiliki kecenderungan mengalami gangguan pertumbuhan setelah lahir.
Sedangkan mengejar pertumbuhan bayi prematur setelah dilahirkan, merupakan proses yang mendasari terjadinya penyakit metabolik pada saat dewasa.
Menurut dr. Tunjung Wibowo, MPH., M.Kes., Sp.A(K), mengejar pertumbuhan yang terlalu cepat diawal kelahiran menyebabkan risiko obesitasnya semakin tinggi.
Baca juga: Mahasiswa UGM Teliti Ekstrak Daun Selasih Jadi Obat Anti Hipertensi
"Hal ini dikarenakan bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) dan kecil masa kehamilan (KMK) memiliki presentase lemak tubuh yang lebih tinggi dibanding bayi cukup bulan SMK saat lahir," ujarnya dalam Ujian Promosi Doktor Program Studi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK-KMK UGM, Rabu (25/8/2021).
Dijelaskan, berat badan sebelum hamil, usai kehamilan dan pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan lemak tubuh bayi prematur.
Peningkatan berat badan bayi prematur setelah dilahirkan berkorelasi dengan peningkatan lemak tubuh saat usia koreksi cukup bulan.
Dalam penelitiannya disebutkan bahwa bayi KMK pada saat intrauterine akan terjadi reprograming.
"Pada saat itu terjadi kekurangan nutrisi yang sebagian besar disebabkan oleh malnutrisi pada ibu," katanya seperti dikutip dari laman FK UGM.
Menurutnya, janin akan melakukan reprograming dan akan membuat tubuhnya efisien untuk bisa bertahan.
Hal ini menyebabkan pertumbuhannya akan terganggu sehingga pada saat lahir akan menjadi janin KMK atau meskipun usia kehamilannya cukup tetapi tubuhnya kecil.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.