Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri Wardah Ini Ternyata Peduli Pendidikan, Simak Kisahnya

Kompas.com - 12/08/2021, 05:37 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Siapa sangka, merek kosmetik ternama Wardah atau Make Over ini berawal dari home industry pada 1985. Namun kini brand di bawah PT. Paragon Technology and Innovation jadi perusahaan industri kosmetik terbesar di Indonesia.

Meski demikian, banyak lika-liku yang dialami oleh pendiri sekaligus Komisaris Utama PT. Paragon Technology and Innovation, Dr. (HC). Dra. Nurhayati Subakat, Apt.

Seperti 1990, pabrik dan kantornya mengalami kebakaran hebat. Walau sedang merugi, Nurhayati justru memikirkan bagaimana bisa menggaji karyawannya.

Baca juga: Nurhayati Subakat, Alumnus ITB yang Sukses Dirikan Wardah karena 5 Karakter Ini

Tak hanya itu saja, pendiri Paragon ini juga punya kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan di tanah air. Bahkan komitmen terhadap pendidikan itu telah dituangkan di dalam misi perusahaan. Yakni 'Mendukung Pendidikan dan Kesehatan Bangsa'.

"Sebenarnya, kekuatan dari misi perusahaan ini adalah bermanfaat bagi masyarakat," ujar Nurhayati saat menjadi pemateri pada Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 secara daring, Selasa (10/8/2021).

Adapun acara tersebut digelar oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bekerja sama dengan PT. Paragon Technology and Innovation.

"Tentunya untuk mengembangkan sebuah perusahaan itu kuncinya adalah inovasi dalam mengeluarkan produk baru dan kolaborasi," imbuhnya lagi.

Beasiswa bisa angkat derajat keluarga

Namun terkait dunia pendidikan, Nurhayati menegaskan bahwa pendidikan itu penting. Hal itu dia alami sejak masa kecilnya di Padang Panjang, orangtuanya juga peduli pendidikan.

Menurut dia, orangtuanya sebagai pedagang berusaha menyekolahkan Nurhayati dan ketujuh sodaranya hingga ke jenjang pendidikan tinggi.

Nurhayati sebagai anak keempat bisa kuliah di Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB). Total yang kuliah di ITB ada 6 orang, termasuk Nurhayati.

"Keluarga nenek dari desa juga bisa menyekolahkan empat anaknya hingga jenjang SLTA. Dari keluarga bapak seorang petani juga bisa menyekolahkan anaknya sampai SLTA. Bayangkan, itu pada zaman dahulu," terangnya.

Sampai akhirnya ayahanda Nurhayati menjadi seorang pedagang sekaligus Ketua Muhammadiyah di Padang Panjang. Karena punya pemikiran visioner, ayahnya berusaha agar delapan anaknya bisa kuliah.

Baca juga: Salman Subakat, CEO Perusahaan Kosmetik yang Peduli Pendidikan di Indonesia

Dari latar belakang itulah, Paragon berusaha memberikan beasiswa kuliah pada warga kurang mampu dari kampung halamannya.

Menurut dia, dengan kuliah maka anak yang menerima beasiswa itu bisa mengangkat derajat keluarganya. Dan ini dia berikan pada banyak keluarga melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) pendidikan dari Paragon.

"Penerima beasiswa ada yang sukses jadi dokter. Jadi, satu anak itu bisa mengangkat derajat satu keluarganya. Maka dari itu, bagi saya pendidikan sangat penting," tegas Nurhayati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com