Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dies Natalis Ke-37, Universitas Terbuka Gedor Gagasan "Wajib Kuliah"

Kompas.com - 25/06/2021, 11:25 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Dalam pembukaan dies natalis ke-37, Universitas Terbuka melempar gagasan program "Wajib Kuliah" sebagai kelanjutan program "Wajib Belajar 9 Tahun" dan "Wajib Belajar 12 Tahun".

"Pada kesempatan baik ini (dies natalis), saya ingin menyampaikan gagasan baru: Wajib Kuliah sebagai wujud keadilan sosial bidang pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia," tegas Rektor UT, Prof. Ojat Darojat, dalam pembukaan dies natalis UT yang digelar secara daring dan luring di UT Convention Center (UTCC), 24 Juli 2021.

Lebih jauh Prof. Ojat menyampaikan hal ini sejalan dengan visi Joko Widodo yang memprioritaskan pembangunan SDM unggul dalam periode kedua pemerintahannya.

"Kami Universitas Terbuka pada dies natalis ke-37 menggagas sekaligus mengusulkan kepada Pemerintah program Wajib Kuliah," ujar Rektor UT kembali menegaskan.

Prof. Ojat menilai lambatnya kenaikan APK (angka partisipasi kasar) pendidikan tinggi banyak disebabkan karena keterbatasan ekonomi dan juga akses infrastruktur di mana setiap daerah belum tentu dapat menjangkau keberadaan perguruan tinggi.

"Inilah tugas yang diemban UT dari Pemerintah sejak 37 tahun lalu hingga saat ini untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut. Sehingga diharapkan setiap masyarakat memiliki kesempatan mengikuti pendidikan tinggi," tambah Prof. Ojat.

Baca juga: PJJ Rasa Tatap Muka, Ini 3 Strategi yang Perlu Dilakukan Sekolah

Pendidikan tinggi untuk semua

Optimisme UT saat melempar gagasan "Wajib Kuliah" dalam dies natalis ke-37 bukan tanpa alasan. Prof. Ojat bahkan menyampaikan program "Wajib Kuliah" dapat diberikan secara gratis kepada masyarakat.

"Biaya kuliah di UT nantinya bisa gratis bagi mahasiswa, dan biaya operasional UT ditanggung Pemerintah dan stake holder lainnya," tambah Prof. Ojat.

Rektor UT menjelaskan dengan infrastuktur dan jaringan yang dimiliki UT saat ini, pihaknya optimistis dapat menyediakan pendidikan tinggi bagi 1 juta mahasiswa setiap tahunnya dan menjangkau hingga remote area atau daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).

Mekanisme ini dapat dilakukan UT tidak hanya melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi daerah yang memiliki akses jaringan internet, namun juga melalui media belajar tercetak, terekam dan tersiar yang telah dijalankan UT selama ini.

Program "Wajib Kuliah" ini, tambah Rektor UT, diharapkan dapat mengakselerasi angka partisipasi perguruan tinggi seperti China dan India yang mencapai 4 juta dan 4,5 juta mahasiswa setiap tahun lewat open university yang mereka miliki.

Gagasan ini mendapat sambutan positif dari Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, yang turut memberikan sambutan dalam pembukaan dies natalis UT tahun ini.

"Untuk mencapai Merdeka Belajar sebagaimana disampaikan Mas Menteri (Mendikbud Ristek), murah, meriah dan semua bisa terjangkau ya melalui pembelajaran jarak jauh sebagaimana sekarang yang dilakukan oleh UT," ungkap Bangsoet di sela-sela acara.

"Metode yang dilakukan UT saat ini sudah mendunia. Artinya, sekarang orang sudah mengacu pada metodologi yang dilakukan universitas terbuka," tambahnya.

Ia berharap strategi UT ini dapat membuka kesempatan bagi para lulusan SMA yang terbatas secara ekonomi, jarak atau terpaksa harus bekerja untuk mengakses pendidikan tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com