Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rifky, Dosen UGM Pernah Gagal UN tapi Lulus dari Oxford dan Harvard

Kompas.com - 10/06/2021, 17:36 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Muda, menginspirasi, dan berprestasi. Itulah gambaran dari Dosen Fakultas Hukum UGM, Muhammad Rifky Wicaksono yang belum lama telah diwisuda dari program master hukum Harvard University.

Dia berhasil lulus dengan mengantongi dua penghargaan Dean’s Scholar Prize karena mendapatkan nilai tertinggi untuk dua mata kuliah, yaitu Mediation dan International Commercial Arbitration.

Baca juga: UGM Masih Jadi Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia Versi QS WUR 2022

Dia juga mendapatkan predikat Honors untuk tesisnya yang merumuskan "theory of harm" baru untuk hukum persaingan usaha Indonesia dalam menganalisis merger di pasar digital.

Tahun ini, dosen yang akrab disapa Rifky menjadi satu-satunya orang Indonesia yang lulus dari program Master of Laws Harvard Law School atau lebih dikenal sebagai almamater mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

"Alhamdulillah, sangat bersyukur bisa menyelesaikan studi dalam waktu 10 bulan dan wisuda kemarin Mei," ucap dia melansir laman UGM, Kamis (10/6/2021).

Sebelumnya, pria kelahiran 28 tahun silam ini juga berhasil menjadi orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Magister Juris dari University of Oxford pada 2017 melalui beasiswa Jardine Foundation.

Di kampus itu, dia mengharumkan nama bangsa dengan meraih penghargaan Distinction yang merupakan predikat akademik tertinggi untuk studi magister hukumnya.

Sebuah pencapaian yang luar biasa dan tentunya melalu perjuangan yang tidak mudah menyabet dua gelar dari dua kampus terbaik dunia.

Namun siapa sangka di balik pencapaian akademisnya, ada kisah kegagalan saat menempuh studi. Dia sempat gagal dalam Ujian Nasional (UN) saat SMA.

Baca juga: 9 Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia Versi THE Asia University Rankings 2021

Rifky menceritakan, dirinya terlalu terlena menyiapkan diri mengikuti lomba debat internasional.

Sehingga membuat dirinya lengah untuk belajar, berjuang, dan bekerja keras mempersiapkan UN.

"Gagal UN waktu itu menjadi salah satu titik balik kehidupan saya. Saya belajar bahwa kesuksesan tidak bisa instan dan hanya mengandalkan bakat. Perjuangan kita saat menjalani proses itu ternyata lebih penting," tutur dia.

Saat tidak lulus UN di SMA, bilang dia, rupanya menjadi peringatan dari Tuhan untuk menyadarkannya dalam memaknai arti kesuksesan.

Dia akhirnya sadar jika bakat dan kecerdasan saja tidak cukup untuk menghantarkan pada kesuksesan.

"Bakat dan kecerdasan tidak cukup menjadikan seseorang sukses kalau tidak diasah. Tetap harus berjuang, bekerja keras, dan berdoa," tegas dia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com