Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie Beri 5 Konsep Merawat Kebangsaan

Kompas.com - 31/05/2021, 20:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memaknai kebangsaan, haruslah paham dulu apa saja yang menjadi prinsip kebangsaan.

Terkait ini, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie mengatakan ada lima hal penting yang harus menjadi perhatian dalam mengelola prinsip kebangsaan.

Yakni pluralisme, insklusivisme, universalisme, nasionalisme, dan konsitutisioanlisme.

Hal itu disampaikan Jimly saat Halalbihalal dan Aksi Sosial dengan tema “Idul Fitri, Pandemi dan Kebhinekaan” di Kampus Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) Diponegoro, Jakarta, Sabtu (29/5/2021).

Jimly mengatakan, pertama yang harus dilakukan adalah pengakuan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang menjunjung pluralisme. Atau, paham atas keberagaman.

Baca juga: Lima Cara Mengasah Jiwa Inovatif dan Jadi Lebih Kreatif

Lalu, memahami inklusivisme, bahwa masyarakat Indonesia tidak boleh membiarkan adanya persepsi masing-masing warga negara tentang suatu kebenaran.

“Jangan sampai kita larut dalam eksklusivitas. Kita harus melakukan segala cara agar menjadi inklusifisme,” ujar Jimly.

Cara pandang yang ketiga untuk mempersatukan bangsa Indonesia adalah universalisme. Lima nilai Pancasila telah menjadi identitas bangsa Indonesia yang perlu dijunjung tinggi.

"Saatnya kita membangun sistem etika kehidupan berbangsa dan bernegara, selain hukum berbangsa dan bernegara," tambahnya.

Baca juga: Siswa, Ini 5 Makna Lambang Pancasila

Lalu masyarakat Indonesia, juga harus memiliki rasa nasionalisme untuk mempersatukan keanekaragaman bangsa kita di tengah pergaulan antarbangsa.

“Negara kita adalah negara kesepakatan, maka segala kesepakatan dirumuskan dalam konstitusionalisme,“ tutur mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.

Mengenai konsep kebangsaan, Jimly mengatakan hal itu sebetulnya terlihat saat perayaan Idulfitri. Di mana dalam perayaan suci ini dapat membuat semua perbedaan akan teratasi.

“Bermusyawarah dan samakan persepsi informasi dan data, akan mempersatu semua umat terlepas adanya perbedaan. Ketuhanan yang Maha Esa, yaitu sila pertama di Pancasila mempersatukan semua umat beragama di Indonesia. Maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengendalikan ekonomi pasar bebas dan politik pasar bebas,” tegas Jimly.

Jimly mengatakan, dalam momen idul fitri juga makna kebangsaan dan spiritualisme bercampur jadi satu. Misalnya, ajaran ibadah puasa saat bulan Ramadan menjadi momentum bagi kaum muslimin untuk membersihkan jiwa dan diakhiri dengan bayar zakat. Termasuk silaturahim sebagai upaya mencapai fitrah.

"Simbolik bukan cuma jiwa raganya saja, tetapi juga harta kekayaannya dibersihkan juga sehingga pada saat idul Fitri sudah bersih dari debu-debu, kotoran-kotoran kehidupan. Kembali fitrah. Itu idenya," kata Jimly.

Baca juga: Mengenal Quarter Life Crisis Generasi Muda dan Kiat Menghadapinya

Jimly mengungkapkan, untuk menyempurnakan fitrah di bulan Ramadan, ialah harus saling memaafkan.

"Inilah muncul istilah di Indonesia halal bi halal, di Arab enggak ada. Saling menghalalkan gitu loh. Ini kan kreativitas budaya kita," kata Jimly.

Halal bi halal menjadi momentum bagi umat untuk saling silaturahim dan menyelesaikan utang kemanusiaan satu dengan yang lain.

Bahkan dianjurkan antar sesama bukan hanya saling meminta maaf, tapi memberi maaf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Temui LPAI, Menparekraf Bicara soal Dampak Buruk Game Online dan Nasib Anak Bangsa

Temui LPAI, Menparekraf Bicara soal Dampak Buruk Game Online dan Nasib Anak Bangsa

Edu
15 SMA Swasta Terbaik di Jogja, Nomor 1 Sekolah Khusus Laki-laki

15 SMA Swasta Terbaik di Jogja, Nomor 1 Sekolah Khusus Laki-laki

Edu
Mendikbud Minta PTN Kembalikan Kelebihan Bayar UKT Mahasiswa

Mendikbud Minta PTN Kembalikan Kelebihan Bayar UKT Mahasiswa

Edu
Gelar 'Mini Workshop', Pulpenmas Institute Ajak Sekolah Mulai Perhatikan 'Customer Experience'

Gelar "Mini Workshop", Pulpenmas Institute Ajak Sekolah Mulai Perhatikan "Customer Experience"

Edu
Seluruh Lulusan Kelas 2024 Sinarmas World Academy Diterima di Universitas Top Dunia

Seluruh Lulusan Kelas 2024 Sinarmas World Academy Diterima di Universitas Top Dunia

Edu
7 Program Prioritas Kemenag bagi Guru dan Tendik 2024, Salah Satunya Insentif

7 Program Prioritas Kemenag bagi Guru dan Tendik 2024, Salah Satunya Insentif

Edu
11 SMA dengan Nilai UTBK Tertinggi di Tangsel, Referensi PPDB 2024

11 SMA dengan Nilai UTBK Tertinggi di Tangsel, Referensi PPDB 2024

Edu
UKT Batal Naik, Mendikbud Minta PTN Rangkul Mahasiswa yang Mengundurkan Diri

UKT Batal Naik, Mendikbud Minta PTN Rangkul Mahasiswa yang Mengundurkan Diri

Edu
PPDB Jabar 2024: Cek Dokumen yang Dibutuhkan dan Kuota Semua Jalur

PPDB Jabar 2024: Cek Dokumen yang Dibutuhkan dan Kuota Semua Jalur

Edu
Gelar Dialog di Universiti Sains Malaysia, JIC Ajak Mahasiswa Terlibat Misi Perdamaian Global

Gelar Dialog di Universiti Sains Malaysia, JIC Ajak Mahasiswa Terlibat Misi Perdamaian Global

Edu
Kisah Nikita, Sempat Alami Diskriminasi karena Disabilitas, Kini Lulus dari UGM

Kisah Nikita, Sempat Alami Diskriminasi karena Disabilitas, Kini Lulus dari UGM

Edu
20 SMA Terbaik di DKI Jakarta, Referensi Daftar PPDB 2024

20 SMA Terbaik di DKI Jakarta, Referensi Daftar PPDB 2024

Edu
Selain Batalkan Kenaikan UKT, Kemendikbud Juga Minta PTN Lakukan Ini

Selain Batalkan Kenaikan UKT, Kemendikbud Juga Minta PTN Lakukan Ini

Edu
LPDP Tahap 2 Dibuka Juni, Ini Perbedaan LPDP Reguler dan LPDP PTUD

LPDP Tahap 2 Dibuka Juni, Ini Perbedaan LPDP Reguler dan LPDP PTUD

Edu
BEM SI Minta Kemendikbud Revisi Permendikbud Nomor 2 Tahun 2024 soal UKT

BEM SI Minta Kemendikbud Revisi Permendikbud Nomor 2 Tahun 2024 soal UKT

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com