Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca di NTT, Peneliti UGM: Banyak Daerah Bisa Kena Siklon Tropis

Kompas.com - 06/04/2021, 17:51 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Peneliti Fakultas Geografi UGM, Emilya Nurjani menyebut berbagai daerah di Indonesia memiliki peluang terdampak siklon tropis, seperti yang saat ini melanda sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Oleh karena itu, perlu digalakkan sosialisasi terkait bencana yang ditimbulkan oleh siklon tropis.

Baca juga: 11.716 Calon Mahasiswa Jalani Tes di Pusat UTBK UGM

Disamping melakukan upaya lain seperti memperkuat konstruksi bangunan, membuat prosedur darurat, hingga meningkatkan penelitian tentang prediksi siklon untuk mengurangi dampak bencana yang diakibatkan.

"Di Indonesia, evakuasi bencana angin kencang dan storm surge belum umum dilakukan, tapi dalam rangka mitigasi dan adaptasi, sebaiknya dikenalkan mengingat peningkatan peluang terjadinya siklon tropis," ucapnya melansir laman UGM, Selasa (6/4/2021).

Wilayah Indonesia, menurutnya, memiliki peluang terdampak siklon tropis dengan level bencana yang berbeda.

Siklon tropis di perairan selatan Indonesia, bilang dia, akan menimbulkan dampak yang lebih besar bagi daerah pesisir selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, dibandingkan pesisir timur Sumatera atau pesisir Kalimantan.

Sementara itu, siklon tropis di utara Indonesia akan menimbulkan hujan yang lebih lebat di sekitar Sulawesi dan Kalimantan sehingga bencana yang ditimbulkan untuk setiap daerah juga akan berbeda.

"Pengetahuan bencana sebaiknya disosialisasikan di seluruh daerah di Indonesia sesuai dengan potensi bahaya yang ada di daerah masing-masing," jelas dia.

Dia menjelaskan, siklon tropis 99S yang terbentuk di sekitar laut Sawu yang mengakibatkan cuaca ekstrem di Pulau Timor merupakan bentuk formasi dari sistem badai tropis yang besar dan berkembang di atas perairan hangat dekat wilayah ekuator.

Baca juga: Kuota Gratis Kemendikbud, UB Ajukan untuk 51 Ribu Mahasiswa

Pertumbuhan siklon sendiri membutuhkan uap air hangat yang tersedia di wilayah antara 5-30 derajat di lintang utara dan lintang selatan bumi, serta efek coriolis yang merupakan implikasi dari gerak rotasi Bumi pada sumbunya.

"Efek Coriolis ini menyebabkan angin mengalami pembelokan pergerakannya. Makin besar lintangnya maka makin besar pembelokan angin yang terjadi sehingga di daerah ekuator atau lintang nol efek ini tidak ada," ungkapnya.

Pertumbuhan siklon dimulai dari gangguan tropis, depresi tropis, badai tropis, dan kemudian menjadi siklon tropis.

Pada saat pertumbuhan mencapai badai tropis itulah siklon ini mulai dinamai.

Lebih lanjut dia menerangkan, pada kondisi siklon tropis kecepatan angin mencapai 64 knot atau 74 meter per jam.

Dampak yang ditimbulkan berupa hujan yang lebat, angin kencang, serta gelombang laut yang besar atau storm surge.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com