Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UNY: Ini Dampak Bullying bagi Korban dan Pelaku, Berikut Pencegahannya

Kompas.com - 28/02/2021, 18:30 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

Dampak bullying bagi pelakunya

Tak hanya bagi korban bullying, perilaku ini juga membawa dampak tak baik bagi pelakunya. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa ternyata pelaku bully dulunya merupakan korban juga. Sehingga perilaku ini terjadi seperti lingkaran yang tak terputus.

"Ada seperti perasaan bahagia, puas dan merasa diakui ketika pelaku berhasil mem-bully orang lain, jelas hal ini sudah tidak sehat secara psikis dan sosial. Pelaku bully cenderung bangga ketika sudah berhasil menindas temannya yang dirasa lemah," papar Riana.

Dampaknya pelaku juga akan merasa tindakan bully atau menindas orang yang lebih lemah adalah hal yang biasa.

Jelas hal ini tidak baik bagi perkembangan mental anak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pelaku bullying rata-rata lebih banyak dilakukan secara bersama-sama.

"Para pelaku bully biasanya juga merupakan anak yang agresif dan kesulitan dalam berempati," tuturnya.

Baca juga: Trik 5M dan MSS, Bantu Dosen Tingkatkan Kemampuan Menulis

Upaya mencegah bullying

Meski berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan di kalangan pelajar, namun tetap ada celah jika upaya ini tidak ada sinergitas antara berbagai pihak.

Pada dasarnya peristiwa bullying memang lebih banyak terjadi di sekolah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa betapa pentingnya “model” keteladanan dari para warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru maupun warga sekolah lainnya.

Kata kunci dalam menangani bullying salah satunya adalah pendidik dan siswa harus memiliki resiliensi personal. Artinya mereka memiliki kemampuan untuk tetap tenang ketika menghadapi suatu keadaan yan penuh dengan tekanan. Hal itu harus dilatih oleh guru.

Selanjutnya bisa ditanamkan sebagai keteladanan kepada siswanya. Selain itu kerjasama antara sekolah orangtua dan masyarakat juga harus terus dilakukan. Karena hal ini berhubungan dengan modal sosial untuk menjalin kerjasama antarlingkungan pendidikan.

Baca juga: Dosen Unsoed Kembangkan Alat Deteksi Kualitas Jeruk

Riana menekankan, orang tua juga perlu memahami bahwa prestasi anak tidak hanya dinilai dari tingginya nilai ujian. Tetapi banyak aspek penting lainnya. Terutama terkait perilaku anak, bisa jadi prestasi anak menurun bukan karena dia tidak pandai akan tetapi ada faktor lain misalnya karena di-bully atau bahkan sebagai pelaku bully.

"Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia juga menunjukkan bahwa kejadian bullying lebih banyak terjadi di waktu istirahat (breaktime) pelajaran. Baik guru maupun orang tua harus lebih peka terhadap kasus bullying ini karena tugas utama pendidik adalah memerhatikan anak didiknya terutama yang berkaitan dengan karakter," pungkas Riana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com