Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Potensi Mahasiswa Plagiat Tugas Selama PPJ, Ini Strategi UPH

Kompas.com - 26/11/2020, 13:26 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Sudah sekitar delapan bulan Pembelajaran jarak jauh (PJJ) diterapkan guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tak hanya di Indonesia, PJJ kerap menjadi hal baru bagi sebagian lembaga pendidikan di dunia.

Interaksi antara dosen dan mahasiswa yang kini harus dilakukan melalui teknologi, memberikan cukup banyak tantangan, salah satunya dalam hal mengevaluasi hasil belajar.

Head of Applied Communication Sciences Online Learning Universitas Pelita Harapan Stella Stefany mengatakan, berdasarkan uji coba, ditemukan bahwa mahasiswa berpotensi melakukan plagiat saat mengejakan tugas online learning.

Baca juga: 4 Kampus Jurusan Komunikasi Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2021

Sebagai salah satu universitas pelopor online learning, lanjut Stella, UPH sendiri mulai menguji coba di tahun 2014 yang melibatkan 100 mahasiswa pada batch pertama.

Saat itu, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir memberikan hibah kepada beberapa universitas salah satunya UPH untuk bisa melakukan PJJ.

"Di situ saya masuk untuk mengembangkan online learning yang ada di UPH," tuturnya dalam diskusi daring bersama Turnitin dan Universitas Pelita Harapan, Rabu (26/11/2020).

Seratus mahasiswa, kata dia, masuk dalam uji coba learning management system (LMS) dengan kelas virtual menggunakan moodle. Kala itu, dosen memberikan materi berupa audio yang di rekam dan mahasiswa diberikan tugas.

"Ketika saya masuk saya mencoba evaluasi apa yang terjadi di dalamnya. Jadi saya coba-coba kok jawaban mahasiswa bagus-bagus banget ya, saya coba kopi jawaban mereka dan saya gunakan free plagiarism checker waktu itu," ucapnya.

Baca juga: 4 Kampus Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2021

Ternyata, lanjut dia, saat itu didapati sekitar 80 persen mahasiswa melakukan plagiarisme, benar-benar copy-paste tanpa ada diubah apapun.

"Satu temuan itu membuat saya terhenyak, ternyata dengan online learning jika kita tidak me-manage kualitas dengan baik, yang terjadi hal sepeti ini. Ini menjadi satu penemuan yang saya diskusikan lagi dengan pimpinan bahwa kita tidak bisa menolelir mengenai kualitas dalam pendidikan, itu kenapa saya minta kepada pihak edu-tech kami untuk cari dong apa plagiarism checker apa yang bisa bulit-in dalam moodle kita," paparnya.

Plagiat berisiko kurangi kompetensi mahasiswa

Stella menyadari bahwa mengevaluasi satu per satu tugas mahasiswa hanya untuk mengecek kemungkinan plagiat menjadi sangat tidak efektif. Namun, membiarkan plagiarisme juga bukan pilihan.

"Di tahun berikutnya kita memutuskan untuk menggunakan Turnitin. Akhirnya dengan integrasi yang muncul kami sebagai edukator bisa mengontrol tingkat plagiarism dari mahasiswa," kata dia.

Menurut data, lanjut dia, strategi tersebut dapat menurunkan jumlah plagiarisme, dari 48 persen di September 2018 menjadi 5 persen di akhir 2019.

Baca juga: 5 Kampus Jurusan Ilmu Komputer Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2021

Namun, Stella menjelaskan, tujuan utamanya bukan untuk menghakimi mahasiswa kalau mereka plagiat atau tidak. Melainkan mengajarkan pada mahasiswa maupun pengajar bagaimana memiliki integritas.

Cara ini, kata dia, juga mendukung mahasiswa untuk meningkatkan skill mereka dalam membuat kajian-kajian literatur akademis yang secara online pun masih bisa dipertahankan kualitasnya.

"Bukan sebatas kita menjadi hakim seperti bilang 'kamu plagiat 70 persen keluar dari kelas saya'. Tidak seperti itu. Kita sedang membangun sebuah karakter integritas di dalam diri dosen, tutor, maupun mahasiswa. Bagaimana kampus bisa terliterasi secara digital, bagaimana menggunakan sumber daya yang ada untuk membangun sebuah pendidikan berbasis daring yang mampu mempertahankan kualitas," tuturnya.

Baca juga: ITB Terbaik Bidang Ilmu Komputer Versi THE WUR by Subject 2021

Integritas, terang dia, semakin diperlukan di tengah banyaknya arus informasi.

"Kita menjaga setiap sivitas akademika baik dosen maupun mahasiswa untuk memiliki integritas dan kemampuan untuk menjadi generasi digital," imbuh dia.

Head of Business Partnerships Turnitin Jack Brazel mengatakan, plagiat bukan hanya isu menyontek, namun juga dapat menghambat kompetensi mahasiswa, seperti kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, keterampilan sitasi dan banyak hal.

Turnitin sendiri merupakan teknologi pendeteksi karya plagiarisme yang berlokasi AS. Senior Manager, Customer Growth, Turnitin Yovita Marlina mengatakan, kini Turnitin telah bekerja sama dengan 300 institusi di Indonesia, memberikan pelatihan, berkolaborasi untuk menghadapi tantangan teknologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com