Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2020, 17:27 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Indonesia mendapat kritik dari sejumlah pihak terkait salah satu materi yang diberikan dalam Program Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKBM) 2020.

Materi yang diberikan secara daring bertema "Cegah Kekerasan Seksual" tersebut, salah satu poinnya membahas tentang consent. Di mana consent berarti kesepakatan untuk melakukan aktivitas seksual. Materi tersebut dianggap bertentangan dengan nilai luhur Pancasila.

Sekretaris Universitas Indonesia dr. Agustin Kusumayati M.Sc, Ph.D mengatakan, informasi yang banyak beredar saat ini adalah sepenggal slide bertema consent dalam konteks kekerasan seksual. 

Baca juga: Jadwal dan Cara Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri PTN dan PTS 2020

"Memang dijelaskan apa itu consent, khususnya dalam hal ini adalah sexual consent, tetapi jelas sekali konteksnya adalah menjelaskan mengenai kekerasan seksual, bahwa kekerasan seksual itu adalah sebuah kekerasan yang terjadi manakala tidak ada sexual consent," jelas Agustin dalam konferensi daring, Rabu (16/9/2020).

“Dijelaskan juga kondisi yang bagaimana seseorang itu mampu memberikan consent. Sehingga, bila orang itu tidak dapat memberikan consent, maka tindakan seksual tersebut adalah kekerasan seksual.”

Slide tersebut, imbuhnya, hanya merupakan satu di antara banyak slide yang saling berhubungan dengan tema utama "Cegah Kekerasan Seksual", sehingga bisa menimbulkan interpretasi dan asumsi yang berbeda-beda bila hanya melihat satu slide saja.

Baca juga: Beasiswa Penuh S1 Oxford-Cambridge University dari Jardine Foundation

Agustin pun menjelaskan bahwa materi tersebut harus dipahami secara utuh, dari awal hingga akhir, termasuk mendengarkan narasi audio yang diberikan.

Memberikan edukasi seks bukan hal mudah

Agustin tak menampik bila materi seputar edukasi seks bukanlah hal yang mudah untuk diberikan. Selain sulit, kata dia, ini juga materi yang sensitif.

Meski begitu, pemberian materi ini adalah untuk membekali mahasiswa baru UI tentang bentuk-bentuk kekerasan seksual, sehingga mahasiswa bisa mencegahnya, menghindari, bahkan ketika teman mengalami kekerasan seksual, maka mahasiswa tahu apa yang harus dilakukan.

"Jangankan materinya seksualitas, materi yang bicara kesehatan reproduksi saja, itu sudah bisa menimbulkan respons yang berbeda-beda," papar Agustin yang juga merupakan dosen Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Baca juga: 8 Mahasiswa Terbaik di Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional 2020

Ia pun menyarankan, bila ingin membahas isu yang berkaitan kesehatan reproduksi atau seksual, maka yang pertama harus disampaikan dan ditanamkan adalah nilai-nilai.

"Kedua, harus dipertegas dan diperjelas, ini konteksnya sedang bicara tentang apa," terangnya.

Agustin pun memberikan contoh soal kontrasepsi. Bila koteksnya tidak didudukkan bahwa kontrasepsi dalam program keluarga berencana untuk kesehatan ibu dan bayi, maka bisa diartikan lain.

"Kalau konteksnya tidak didudukkan, maka kontrasepsi dianggap sebagai alat yang bisa menyebabkan seseorang tidak hamil walaupun melakukan hubungan seks, maka kemudian interpretasinya adalah kontrasepsi mendorong terjadinya free sex. Bahaya kalau seperti itu," terang dia.

Baca juga: Beasiswa S1 Tanoto Foundation, dari Biaya Kuliah hingga Tunjangan Bulanan

Sehingga, lanjut dia, semua itu harus dibahas dan didiskusikan bersama mahasiswa dengan konteks yang sangat jelas dan dengan penanaman nilai-nilai yang tentu disesuaikan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

"Sehingga saya tidak bisa mengatakan UI akan terus mengajarkan sexual consent, kita harus jelas dulu, bicara sexual consent dalam konteks apa, untuk apa, tujuannya apa, values-nya apa?" imbuhnya.

"Kita tidak mengajarkan nilai-nilai di negara sebelah sana yang tidak cocok dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Kita berada di tengah masyarakat yang punya values. Dengan demikian apapun yang kita bahas, akan kita sampaikan kepada mahasiswa basic dari values-nya tidak boleh ketinggalan."

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com