Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kedai Reka", Membangun Kolaborasi Reka Cipta Kampus dan Dunia Industri

Kompas.com - 08/09/2020, 10:26 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 turut mendorong akselerasi "pernikahan massal" atau link and match antara perguruan tinggi dan dunia industri.

Sebelumnya, hal ini masih belum optimal tercapai lantaran keduanya masih berjalan sendiri-sendiri.

Bahkan, perguruan tinggi belum dapat bersinergi dengan permasalahan dihadapi industri. Ujungnya, terjadi missing link antara pereka cipta (perguruan tinggi) dan investor (industri).

Perguruan tinggi berlomba menciptakan alat dan obat untuk menghadapi pandemi Covid-19," ungkap Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan Tinggi (Kemendikbud) Prof. Nizam.

Dirjen Dikti mengungkapkan saat ini lebih dari 1.000 inovasi berbentuk teknologi dan obat diciptakan oleh perguruan tinggi, di antaranya masker 3D, robot perawat, drone, alat rapid test, ventilator, dan sebagainya.

"Sementara itu, investor turut mendukung produksi berbagai reka cipta tersebut. Sejatinya, fenomena ini menjadi contoh yang selayaknya dilakukan antara pereka cipta dan investor,” papar Prof. Nizam.

Baca juga: Membangun Narasi Bersama Akselerasi Pemulihan Ekonomi lewat Kampus Merdeka

Memberi dampak nyata Reka Cipta

Berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, riset reka cipta merupakan tujuan dari perguruan tinggi yang melahirkan lulusan-lulusan dengan semangat kemandirian, inovatif, kompetitif dan solutif bagi masyarakat.

Dengan landasan tersebut dirasa penting mengedepankan program Kampus Merdeka, pola baru dalam sistem pembelajaran pendidikan tinggi, sehingga beberapa hal perlu disesuaikan menghadapi perubahan zaman seperti kurikulum, sistem teknologi informasi dan lainnya.

Prof. Nizam menjelaskan Reka Cipta merupakan sebuah upaya revitalisasi dan aktualisasi terhadap sebuah karya, agar kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh semua elemen secara efisien dan efektif dalam kehidupan sehari.

Berangkat dari fenomena itu, pemerintah melalui Ditjen Dikti memutuskan membangun kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan.

Tujuannya, untuk membangun ekosistem Reka Cipta di Indonesia sebagai implementasi Kampus Merdeka serta mendorong peran dunia industri dalam mendukung para pereka cipta di perguruan tinggi.

Dengan adanya hubungan keterhubungan kampus dan dunia industri, maka akan ada keterikatan antara riset Reka Cipta di perguruan tinggi dengan industri dan kebutuhan masyarakat.

Melalui sinergi ini diharapkan dampak kebermanfaatan bagi masyarakat dapat terwujud dengan semangat gotong royong inovator, industri, pemerintah, media, dan komunitas.

Platform kolaborasi "Kedai Reka"

“Tak hanya kampus dan industri, diharapkan komunitas lokal atau masyarakat mampu terimplikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil riset reka cipta tersebut,” jelas Prof. Nizam.

Salah satu kolaborasi yang telah dilakukan adalah antara Dirjen Dikti dan SWA Group. Bentuk kolaborasi keduanya adalah menghadirkan FGD (Focus Group Discussion) yang dihelat pada 7 September 2020, di Jakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com