Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buku “Saya Pilih Sehat dan Sembuh”: antara Kodrat dan Pilihan

Kompas.com - 25/08/2020, 22:53 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Promo buku ?Saya Pilih Sehat dan Sembuh? karya Tan Shot Yen yang diterbtitkan Gramedia Pustaka, 2010, cetak ulang 2020.DOK. GPU Promo buku ?Saya Pilih Sehat dan Sembuh? karya Tan Shot Yen yang diterbtitkan Gramedia Pustaka, 2010, cetak ulang 2020.
Namun dr Tan berargumen bahwa justru paragdima Einsteinianlah yang membantu kita memahami kesehatan secara holistik.

Salah satunya soal akar penyakit, yakni kecerdasan sel. Setiap sel, “… dapat dianggap ‘miniatur manusia’ yang mempunyai kemampuan hidup .. bersifat cukup diri –self sufficient.

Sinyal gelombang elektromagnetik dalam bentuk dan perintah apapun akan diterima oleh sel tunggal dan terjadi reaksi. Mengapa? Ada yang disebut sebagai kecerdasan sel. Cellular intelligence” (h.162).

Pemahaman kesehatan secara holistik ini penting karena seringkali kita salah paham: sakit terjadi karena faktor eksternal semata. Padahal, ‘tubuh bertingkah’ itu karena kita tanpa sadar ‘mematikan alarm’.

Baca juga: Hadapi Era Digital, Arwin Rasyid Ingatkan Dua Tantangan Besar Perbankan di Buku Barunya

Bukannya ‘membereskan asal muasal masalah tubuh’, kita hanya fokus pada pengobatan sampai menjadi ‘candu’ tetapi tetap hidup dengan gaya dan cara yang lama (h.20). Ditambah, tidak semua dokter mengerti aspek holistik ini dalam memberikan nasihat pada pasien, "gagal paham" ini makin parah.

Misalnya, ditunjukkan dalam buku ini, nasihat yang kerap didengar untuk mengurangi lemak dan gula memang membuat kita mengurangi gorengan, tetapi tetap makan roti panggang; tidak minum teh manis, tapi tetap makan popcorn; tidak memberikan glazed donat buat bekal anak ke sekolah, tetapi memberinya jus buah kemasan yang malah mengandung sukrosa dan high fructose corn syrup (h.20-21).

Kesehatan dan kebahagiaan sejati 

Namun Dr Tan tidak sekedar menunjukkan gagasan ideal. Ia membumikannya. Dalam soal makanan–salah satu pesan utama buku ini. Ia menunjukkan makan benar agar sehat bukanlah diet menyiksa.

Justru sebaliknya, mengembalikan selera dan rasa pada aslinya.

Ia dengan jelas membantu kita membuka mata membedakan "makanan" versus "dagangan" (h.61), dan secara praktis menunjukkan, misalnya, perencanaan makan (meal plan) yang sehat dan nikmat dengan lauk ikan selama seminggu (h.101).

Buku ini memberikan penekanan pada pentingnya pemahaman tentang kaitan antara tubuh dan nutrisi dan bagaimana mengolahnya hingga menjadi makanan sehat (empat bab).

Dalam bahasa yang amat mudah dimengerti, ia menjelaskan mengenai bagaimana kerusakan tubuh terjadi dan apa peran hormon eicosanoids di situ. Ia juga secara gamblang menguraikan manfaat macro- dan micro-nutrients, hingga soal vitamin dan suplemen.

Kita jadi tahu apa yang sebenarnya diperlukan dan tidak diperlukan tubuh. Namun buku ini tidak hanya soal tubuh dan makanan. Ia juga cukup utuh menunjukkan kaitan antara aspek fisik dan aspek non fisik dalam kesehatan.

Bahkan, dengan cara sederhana menunjukkan kaitan kesehatan dengan kebahagiaan yang sejati. Di Bab Delapan misalnya, dibahas tentang cinta, rasa-cukup, tanggung jawab, hingga soal ko-dependensi yang semuanya terkait dengan kesehatan.

Kesehatan memang tidak bisa diandaikan begitu saja (taken for granted). Memang ia adalah kodrat: semua orang seharusnya dilahirkan sehat, tapi sekaligus kesehatan adalah pilihan.

Memilih sehat jarang disadari, dan ini yang mau ditegaskan buku ini.

Penulis, Yanuar Nugroho adalah Visiting Senior Fellow ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura; Penasihat, Centre for Innovation Policy & Governance (CIPG) Jakarta; Honorary Fellow University of Manchester Inggris; Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Mantan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI 2015-2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com