Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Buku “Saya Pilih Sehat dan Sembuh”: antara Kodrat dan Pilihan

Oleh: Yanuar Nugroho 

KOMPAS.com - Bangsa ini punya mimpi: memimpin dunia di usia 100 tahun pada 2045 nanti, sebagai negeri dengan ekonomi terbesar keempat atau kelima di muka bumi. Kunci mengejar mimpi ini adalah manusianya sehat dan terdidik baik. Tanpa itu, mimpi itu tinggal mimpi.

Karena itu, tak heran satu topik abadi dalam berbagai diskusi dan narasi adalah kesehatan.

Mulai dari kebijakan hingga praktik pembangunan, tanpanya, semua sia-sia. Apalagi di hari-hari saat Covid- 19 mendera kita.

Tapi masalahnya, mungkin juga karena terpaan teknologi informasi ini, semua orang ujug-ujug kelihatan jadi ahli. Lihat saja di akun media sosial anda kalau mau bukti.

Dari soal virus corona, stunting, stroke, kanker, jantung, sampai soal berat badan ideal, dan agar awet muda, mendadak semua orang seolah jadi ahlinya.

Sehat: kodrat dan pilihan

Karena itu, bagi saya, buku 173 halaman ini hadir di saat yang tepat. Dalam seluruh hingar-bingar ini, ia membongkar seluruh cara berpikir kita mengenai kesehatan. Ini bukan buku yang berat dibaca. Bahkan bagi awam, ia akan terasa mudah dicerna.

Namun yang jelas, ia menjawab kegelisahan kita akan informasi kesehatan yang kredibel dan bisa dipercaya.

Argumen pokok yang disampaikan dr. Tan Shot Yen, sang penulis, adalah bahwa sehat itu kodrat sekaligus pilihan. Argumen ini tersebar di sepanjang buku ini dengan berbagai ungkapannya.

Mulai dari pemahaman apa itu penyakit (h.19), pentingnya nutrisi (h.39), hingga sikap terhadap pikiran dan hati (h.113). Tapi penegasan bahwa sehat itu juga adalah pilihan ditekankan pada pentingnya kehendak bebas manusia untuk memilih.

Utamanya adalah apa yang dia makan (bab 3-6), lakukan (bab 7) dan pikirkan serta rasakan (bab 8).

Sebagai dokter yang belajar filsafat secara khusus, dr Tan memberi perhatian pada kaitan antara yang fisik dan non-fisik (pikiran, emosi) sebagai kunci memahami kesehatan.

Ia menekankan perlunya transformasi cara berpikir Newtonian (sebab-akibat linear) menuju Einsteinian (kuantum, non-linear) (h.160-164) dalam dunia kesehatan.

Mungkin sekilas akan terdengar atau terasa aneh, mengingat ilmu kesehatan sarat dengan logika sebab-akibat dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit secara fisik.

Salah satunya soal akar penyakit, yakni kecerdasan sel. Setiap sel, “… dapat dianggap ‘miniatur manusia’ yang mempunyai kemampuan hidup .. bersifat cukup diri –self sufficient.

Sinyal gelombang elektromagnetik dalam bentuk dan perintah apapun akan diterima oleh sel tunggal dan terjadi reaksi. Mengapa? Ada yang disebut sebagai kecerdasan sel. Cellular intelligence” (h.162).

Pemahaman kesehatan secara holistik ini penting karena seringkali kita salah paham: sakit terjadi karena faktor eksternal semata. Padahal, ‘tubuh bertingkah’ itu karena kita tanpa sadar ‘mematikan alarm’.

Bukannya ‘membereskan asal muasal masalah tubuh’, kita hanya fokus pada pengobatan sampai menjadi ‘candu’ tetapi tetap hidup dengan gaya dan cara yang lama (h.20). Ditambah, tidak semua dokter mengerti aspek holistik ini dalam memberikan nasihat pada pasien, "gagal paham" ini makin parah.

Misalnya, ditunjukkan dalam buku ini, nasihat yang kerap didengar untuk mengurangi lemak dan gula memang membuat kita mengurangi gorengan, tetapi tetap makan roti panggang; tidak minum teh manis, tapi tetap makan popcorn; tidak memberikan glazed donat buat bekal anak ke sekolah, tetapi memberinya jus buah kemasan yang malah mengandung sukrosa dan high fructose corn syrup (h.20-21).

Kesehatan dan kebahagiaan sejati 

Namun Dr Tan tidak sekedar menunjukkan gagasan ideal. Ia membumikannya. Dalam soal makanan–salah satu pesan utama buku ini. Ia menunjukkan makan benar agar sehat bukanlah diet menyiksa.

Justru sebaliknya, mengembalikan selera dan rasa pada aslinya.

Ia dengan jelas membantu kita membuka mata membedakan "makanan" versus "dagangan" (h.61), dan secara praktis menunjukkan, misalnya, perencanaan makan (meal plan) yang sehat dan nikmat dengan lauk ikan selama seminggu (h.101).

Buku ini memberikan penekanan pada pentingnya pemahaman tentang kaitan antara tubuh dan nutrisi dan bagaimana mengolahnya hingga menjadi makanan sehat (empat bab).

Dalam bahasa yang amat mudah dimengerti, ia menjelaskan mengenai bagaimana kerusakan tubuh terjadi dan apa peran hormon eicosanoids di situ. Ia juga secara gamblang menguraikan manfaat macro- dan micro-nutrients, hingga soal vitamin dan suplemen.

Kita jadi tahu apa yang sebenarnya diperlukan dan tidak diperlukan tubuh. Namun buku ini tidak hanya soal tubuh dan makanan. Ia juga cukup utuh menunjukkan kaitan antara aspek fisik dan aspek non fisik dalam kesehatan.

Bahkan, dengan cara sederhana menunjukkan kaitan kesehatan dengan kebahagiaan yang sejati. Di Bab Delapan misalnya, dibahas tentang cinta, rasa-cukup, tanggung jawab, hingga soal ko-dependensi yang semuanya terkait dengan kesehatan.

Kesehatan memang tidak bisa diandaikan begitu saja (taken for granted). Memang ia adalah kodrat: semua orang seharusnya dilahirkan sehat, tapi sekaligus kesehatan adalah pilihan.

Memilih sehat jarang disadari, dan ini yang mau ditegaskan buku ini.

Penulis, Yanuar Nugroho adalah Visiting Senior Fellow ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura; Penasihat, Centre for Innovation Policy & Governance (CIPG) Jakarta; Honorary Fellow University of Manchester Inggris; Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Mantan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI 2015-2019

https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/25/225303371/buku-saya-pilih-sehat-dan-sembuh-antara-kodrat-dan-pilihan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke