Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Hadirkan Pembelajaran Inovatif dan Menyenangkan dari Rumah

Kompas.com - 24/08/2020, 19:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama masa pandemi kerap memberikan tantangan, baik bagi anak, orangtua, guru, maupun banyak pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.

Sebuah survei yang dilakukan UNICEF pada Mei dan Juni 2020 mendapati, sebanyak 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi di Indonesia mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19.

Survei yang dilakukan melalui kanal U-Report yang terdiri dari SMS, WhatsApp, dan Messenger kepada lebih dari 4.000 siswa itu juga mendapati, 87 persen siswa ingin segera kembali belajar di sekolah.

Baca juga: Hari Ini, Dana KJP Plus Bulan Agustus Jenjang SMP/SMPLB/MTs/PKBM Cair

Praktisi Psikologi Anak dan Pendidikan Elizabeth T Santosa menyatakan proses belajar dari rumah (BDR) memang berpotensi membuat anak kurang termotivasi.

Ada sejumlah alasan mengapa anak kurang senang belajar di rumah. Salah satu pemicunya ialah hilangnya kemerdekaan sosial anak selama BDR.

"Mereka tidak bisa mengobrol dengan teman, lebih banyak melihat monitor. Interaksi dengan teman sangat kurang, membuat anak bosan dan merasa terbelenggu," paparnya dalam webinar Merdeka Belajar: Menghadirkan Pembelajaran Inovatif dan Menyenangkan di BDR yang digelar Kompas.com dan Kelas Pintar, Senin (24/8/2020).

Selain itu, peran orangtua dinilai Elizabeth sangat menentukan apakah pembelajaran berjalan dengan efektif dan menyenangkan atau sebaliknya.

Baca juga: Guru, Kemendikbud Gelar Webinar Pembelajaran Adaptif di Masa Pandemi

Menurutnya, pemicu anak tak senang belajar di rumah karena orangtua kurang mampu memberikan pendampingan yang efektif sesuai dengan kebutuhan anak saat DBR.

Karena itu, ia menyarankan agar para orangtua mendampingi anak selama DBR, tak sekadar supervisi.

"Yang terjadi adalah orangtua bukan mendampingi namun supervisi, itu bikin anak-anak jadi gugup," katanya.

Bila orangtua hanya supervisi, lanjut dia, umumnya orangtua hanya memastikan anak tetap belajar dan memberi teguran bila anak mulai kehilangan konsentrasi.

Sebaliknya, bila orangtua memutuskan untuk mendampingi, maka orangtua juga terlibat dalam proses belajar anak, seperti memahami perasaan anak, menanyakan kesulitan yang dihadapi anak, hingga bersama dengan guru mencari solusi bagi anak.

Butuh komitmen guru dan orangtua

Elizabeth mengakui bahwa pandemi yang datang secara tiba-tiba membuat banyak pihak belum siap melakukan PJJ, sehingga banyak siswa yang merasa belajar dari rumah terasa tidak menyenangkan.

Baca juga: Cara Ampuh Usir Tikus di Rumah ala Ahli Tikus IPB

Ketidaksiapan itu bisa datang dari rumah maupun sekolah. Seperti keterbatasan gawai, internet, bahkan suasana rumah yang tidak kondusif.

"Punya gadget dan internet namun yang ditonton tidak sesuai dengan materi belajar, maka belajar dari rumah juga tidak akan efektif," jelas Elizabeth

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com