Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hidup Sederhana Anak Penjaga Hutan, Kini Kuliah S3 di Jepang

Kompas.com - 20/06/2020, 17:06 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Hidup sederhana dan terbatas tak menjadikan kendala bagi mahasiswi yang satu ini. Bagaimana tidak, Sawitri tinggal bersama kedua orangtuanya di hutan yang jauh dari pemukiman warga.

Tapi hutan itu bukan hutan belantara, namun Hutan Wanagama yang berada di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Meski begitu, rumah yang ditinggali bersama keluarganya itu tidak ada televisi. Sebagai hiburannya, Sawitri membaca buku yang kemudian jadi sebuah hobi.

Baca juga: Kisah Perjuangan Reza, Anak Sopir Lulus ITB IPK 3,98

Anak penjaga hutan wanagama

Ayah Sawitri, Tukiyat (51) menjadi penjaga hutan Wanagama yang dikelola oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Dia bekerja sebagai penjaga hutan sejak tahun 1991.

Melansir laman resmi UGM, diceritakan bahwa Sawitri sudah terbiasa dekat dengan lingkungan hutan. Karena sangat dekat, justru menjadikan media pembelajaran bagi Sawitri.

"Paling anak saya ini main di sekitar hutan atau membaca buku di rumah," ujar Tukiyat seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (19/6/2020)

Menurut Tukiyat, anaknya sering ditinggal di rumah sendirian karena Tukiyat harus menjalankan tugas yakni menyemai benih di area hutan yang lokasinya agak jauh. Sedangkan istrinya bertugas menjadi koki saat ada tamu yang menginap di wisma Wanagama.

Hafal nama latin jenis pohon

Namun ketika ditinggal di rumah sendirian, Sawitri membaca buku. Selain buku dari sekolah, koleksi buku-buku tentang kehutanan yang ada di perpustakaan Wanagama juga sempat dibacanya.

"Sempat saya larang karena materinya bukan untuk anak SD seusianya," katanya.

Namun siapa sangka, hobi baca buku ini justru mengantarkan Sawitri bisa meraih jenjang akademik tertinggi yakni pendidikan program doktor.

Untuk bidang ilmu yang digelutinya, ternyata juga tidak jauh dari lingkungannya yakni hutan. Sawitri sejak kecil juga sudah hafal nama-nama latin dari jenis-jenis pohon.

Itu karena ia sering mendengar saat ada dosen danmahasiswa ikut praktik lapangan di hutan Wanagama.

Tukiyat juga bercerita bahwa saat sekolah, Sawitri harus berjalan kaki sendirian sejauh lebih dari 2 kilometer. Ketika SMA, Sawitri juga jalan kaki menuju jalan raya, barulah dia naik bus ke kota.

Sawitri menyelesaikan pendidikan SMA di SMAN 1 Wonosari tahun 2011. Lalu, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan UGM dengan mengambil Prodi Silvikultur.

Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan S1, ia pun melanjutkan ke jenjang S2 di prodi yang sama. "Sejak 2017, dia kemudian mengambil S3 di Jepang," tutur Tukiyat.

Tak punya televisi sampai sekarang

Ketika dihubungi terpisah, Sawitri mengaku bersyukur bisa kuliah hingga S3. Meski selama di Jepang ia mengaku menghadapi kendala dalam kuliahnya karena ia menekuni bidang teknologi molekuler yang masih awam baginya.

Baca juga: Kisah Suka Duka Mahasiswa Tingkat Akhir Selesaikan Skripsi di Tengah Corona

Namun, dia terus bekerja keras hingga akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan dengan tepat waktu.

"Harapan saya, bidang ilmu yang saya tekuni ini bisa mengombinasikan ilmu genetika dengan fenotipik/morfologi untuk menunjang pemuliaan tanaman hutan di Indonesia," ujarnya.

Dia juga bercerita semasa kecil memang suka membaca dan belajar tentang lingkungan hutan. "Kami tidak punya TV sampai sekarang. Karena tidak ada hiburan untuk membunuh waktu, pelariannya ya, membaca buku," tuturnya.

Ketika ditanya apakah minder dengan teman-temannya, dia menjawab pasti ada rasa minder. Sebab, dia harus berjalan kaki jauh dan tidak diberi uang jajan.

Hidup sederhana jadi motivasi

Meski begitu, hidup sederhana dan prihatin justru menjadi motivasi bagi dirinya untuk dapat melanjutkan studi hingga jenjang S3.

Tentu harapannya bisa menyenangkan kedua orangtuanya suatu saat nanti. "Berkat kekuatan doa dan tekad mereka bisa mendukung saya hingga bisa kuliah S3 sekarang ini," katanya.

Perlu diketahui, Sawitri saat ini tengah berada di negeri Sakura. Dia di Jepang mengambil kuliah program doktor di Prodi Biosphere Resource Science and Technologi dengan menekuni kajian genetika hutan di Universitas Tsukuba.

Menurut dia, jika pendidikan S3 bisa selesai pada September mendatang maka ia menyelesaikan pendidikan doktor tepat tiga tahun.

"Saya masuk September 2017 dan akan selesai September tahun ini, tinggal menunggu ujian doktor akhir Juli depan," kata wanita kelahiran Gunungkidul, 26 Juni 1994 ini.

Baca juga: Kisah Relawan Mahasiswa: Letihnya Pakai APD dan Rasa Kemanusiaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com