Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Remaja, Ini Cara Jaga Kesehatan Mental selama Wabah Pandemi Corona

Kompas.com - 26/04/2020, 03:24 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Wabah pandemi corona tak pelak berdampak pada kehidupan sosial remaja. Dengan kebijakan belajar dari rumah dan dibatalkannya berbagai acara, banyak remaja kehilangan beberapa momen besar dan momen keseharian seperti mengobrol dengan teman dan berpartisipasi di kelas.

Ada banyak remaja merasa cemas, terisolasi, dan kecewa karena wabah pandemi. Unicef Indonesia berbincang dengan psikolog remaja, penulis best seller, dan kolumnis bulanan New York Times terkait perawatan diri dan menjaga kesehatan mental.

Berikut cara merawat diri dan menjaga kesehatan mental seperti dirangkum dari Unicef Indonesia.

1. Sadari bahwa kecemasanmu adalah hal yang wajar

Jika penutupan sekolah dan judul-judul mengkhawatirkan di media membuatmu merasa cemas, kamu tidak sendirian. Malah, itu adalah hal yang sudah seharusnya kamu rasakan.

“Para psikolog sudah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri,” kata Dr. Damour.

Menurutnya, kecemasan akan membantu mengambil keputusan yang harus dlakukan seperti tak menghabiskan waktu bersama orang lain atau dalam kelompok besar, mencuci tangan dan tak menyentuh wajah.

Perasaan cemas tak hanya membantu menjaga diri sendiri, tapi juga orang lain. Dampak ini mencerminkan individu bisa ikut menjaga orang lain di sekitar kita dan  anggota masyarakat lainnya.

Merasa cemas mengenai COVID-19 memang hal yang benar-benar bisa dimengerti. Namun, kamu bisa mencari seperti UNICEF atau WHOketika mencari informasi.

"Atau cek kembali informasi yang kamu dapatkan apakah berasal dari saluran yang kurang bisa diandalkan reliabilitasnya,” ujar Dr. Damour.

Jika kamu merasa mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan COVID-19, segera bicara dengan orang tuamu.

“Ingat bahwa penyakit akibat infeksi COVID-19 itu pada umumnya ringan, terutama pada anak-anak dan dewasa muda,” kata Dr. Damour.

Penting juga untuk diingat, bahwa banyak gejala COVID-19 yang bisa diobati. Ia menyarankan untuk memberi tahu orang tua atau orang dewasa yang terpercaya jika kamu merasa tidak enak badan atau merasa khawatir tentang virus, agar mereka bisa membantu.

"Ada banyak hal efektif yang dapat kita lakukan untuk menjaga agar diri kita dan orang lain tetap aman dan merasa lebih bisa mengendalikan keadaan kita: Sering mencuci tangan, jangan menyentuh wajah, dan melakukan social distancing atau pembatasan sosial," tambahnya.

2. Cari pengalihan

“Menurut para psikolog, ketika kita berada dalam kondisi yang sangat sulit, akan sangat membantu untuk mengenali masalah menjadi dua kategori: Hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan,” kata Dr. damour.

Saat ini, ada banyak hal yang tak bisa dikendalikan. Sebenarnya, kondisi tersebut tak apa-apa. Namun, satu hal yang bisa membantu kita untuk menghadapi situasi tersebut adalah dengan mencari pengalihan untuk kita sendiri.

Kamu bisa mengerjakan pekerjaan rumah, menonton film kesukaan, atau membaca novel sebelum tidur. Kami bisa menjadikan kegiatan itu untuk mencari pelampiasan dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Temukan cara baru untuk berkomunikasi dengan teman-temanmu

Jika kamu ingin bersosialisasi dengan teman di tengah kondisi social distancing, media sosial adalah solusi yang bagus untuk berkomunikasi.

Salurkan kreativitasmu: Ikuti Tik-Tok Challenge seperti #safehands, #dirumahaja, dan lain-lain.

“Saya tidak akan pernah meremehkan kreativitas remaja, Menurut saya, remaja akan menemukan cara untuk [terhubung] dengan satu sama lain secara online melalui cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.” kata Dr. Damour.

“[Tetapi] memiliki akses tanpa batas ke layar kaca atau media sosial itu bukan hal yang bagus. Itu hal yang tidak sehat dan tidak cerdas, dan bahkan bisa menambah rasa cemasmu,” kata Dr. Damour.

Ia merekomendasikan agar kamu berdiskusi dengan orangtua untuk mengatur jadwal menonton televisi dan bermain gawai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com