Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pada Dies Ke-59 UNY, Sultan HB X: Kampus Tempat Persemaian Benih Budaya Bangsa

KOMPAS.com - Pada upacara Dies Natalis ke-59 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Auditorium, Senin (22/5/2023), hadir GKR Mangkubumi untuk mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Dalam sambutan Gubernur DIY yang dibacakan GKR Mangkubumi, dikatakan bahwa pembangunan yang membawa modernisasi dan industrialisasi ini membawa dampak luas segala sektor.

Tak hanya sosial, ekonomi dan budaya, tetapi juga di sektor pendidikan. Tentu semuanya membawa akselerasi yang cepat namun berbeda-beda.

Meski demikian, dalam situasi keterbukaan yang semakin luas, memberikan peluang untuk suatu dialog budaya secara luas, yang kondusif bagi pengembangan model pendidikan berwawasan kebudayaan.

Dengan harapan, dapat memperkuat posisi bargaining kelompok masyarakat yang lemah dalam ketidak-seimbangan itu.

Guna mengantisipasi tantangan serba baru itu, maka sistem pendidikan nasional sebagai bagian pembangunan di bidang kebudayaan yang juga terus berkembang perlu dikaji kembali dan diuji ulang.

Selain itu diinterpretasikan secara baru, diisi roh baru, sejalan dengan arah dan dinamika pendidikan serta perkembangan masyarakat, yang dalam era revolusi industri 4.0 dimana individu mempunyai kekebasan menemukan medianya yang borderless.

Perguruan tinggi tempat persemaian benih budaya bangsa

Maka dari itu, untuk menyikapi perubahan ini diperlukan rekayasa sosial-budaya dalam jangka panjang, secara berencana dan hati-hati.

"Dalam hal ini perguruan tinggi adalah taman persemaian benih-benih kebudayaan bagi suatu bangsa. Usaha pembentuk kebudayaan bangsa itu mengutamakan Azas Tri-Kon, yakni Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentrisitas," terang Sri Sultan dalam sambutannya dikutip dari laman UNY.

Sri Sultan HB X mencontohkan negara Jepang karena sama-sama dari negeri Timur yang masih kuat akar budayanya.

Kemajuan yang diharapkan oleh pemimpin Meiji adalah kemajuan seperti Negara Barat tetapi dengan tetap memegang teguh nilai-nilai budaya Jepang.

Budaya Jepang dan pengetahuan Barat (wakon-yasai) adalah slogan yang diserukan oleh pemimpin Jepang.

Misi mengambil pengetahuan dan teknologi Barat dan menangkal pengaruh nilai dan budaya yang mungkin terbawa oleh Iptek itu diletakan tugasnya kepada para lulusan Perguruan Tinggi.

Selain itu, Gubernur DIY juga mengungkapkan bahwa kebudayaan sering diperlakukan sebagai objek studi pendidikan.

Tetapi, sama benarnya bahwa kebudayaan pun diperlakukan sebagai pendekatan, perspektif dan bahkan metode dalam studi-studi pendidikan.

Pertanyaan yang sangat menarik adalah apakah metode kebudayaan ini menunjukkan beberapa sifat khas yang dapat diidentifikasikan?

Dilihat dari latar belakang sejarah perkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia cukup jelas bahwa metode kebudayaan sangat sering digunakan, dan dalam banyak kasus memperlihatkan kecenderungan pada watak yang dapat disebut konservatif, karena membela, membenarkan dan malah mengukuhkan suatu status quo.

Namun demikian, menarik untuk dicatat bahwa ada beberapa yang menunjukkan hal yang sebaliknya. Kebudayaan dapat menjadi metode yang digunakan untuk mempertanyakan suatu kemapanan.

Dan dari situ mendapat wataknya yang kritis, sekaligus dapat menjadi cara untuk menjadi pendorong ke arah perubahan, dan dari situlah mendapat wataknya yang progresif.

Harus disesuaikan tantangan masa depan

Menurut Sultan HB X, paparan ini bersifat menggugah dan hanya sampai pada identifikasi permasalahan, serta belum pada bagaimana menunjukan alternatif yang memuaskan.

Tindak lanjut di lapangan pendidikan adalah menjadi tanggungjawab dan kewajiban para pakar bidang pendidikan.

Yang jelas, bahwa rujukan tentang itu selain dapat kita kunyah dari budaya luar, masih banyak tersembunyi butir-butir mutiara budaya bangsa yang berharga.

Tentunya yang patut kita gali, kita lestarikan, kita kembangkan, dan jikalau mungkin, kita tafsirkan secara baru dengan mengisi roh baru yang bermutu, yang disesuaikan dengan tantangan masa depan.

Sementara Rektor UNY Prof. Sumaryanto mengatakan, pada 2023 ini Dies Natalis ke-59 mengambil tema ‘Bersinergi mewujudkan UNY PTNBH yang Unggul, Kreatif, dan Inovatif Berkelanjutan’.

Tema ini dipilih sebagai salah satu komitmen UNY yang telah berubah status dari Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTNBLU) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH).

Di mana UNY senantiasa memegang teguh upaya pembangunan sumber daya manusia yang unggul, kreatif, dan inovatif berkelanjutan melalui penyelenggaraan tridarma yang berkualitas.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/05/24/114448771/pada-dies-ke-59-uny-sultan-hb-x-kampus-tempat-persemaian-benih-budaya-bangsa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke