Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan IPK, Inilah yang Dibutuhkan Lulusan untuk Sukses di Dunia Kerja

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbudristek), Nadiem Makarim menegaskan agar konsep Inti Dasar Capaian Pendidikan (IDCP) menghasilkan generasi muda Indonesia yang cerdas dan berkarakter.

Hal tersebut disampaikan oleh Nadiem saat seminar internasional IDCP dengan tema “Value Based-Mindset For Higher Education,” pada Rabu (23/11/2022) yang dilaksanakan secara hybrid di Hotel Artotel Suites Mangkuluhur Jakarta.

Lebih lanjut Nadiem mengatakan pentingnya melakukan transformasi pendidikan agar lebih relevan dan mampu melahirkan lulusan yang siap untuk masa depan.

Ia menyebut, tantangan yang akan dihadapi oleh generasi muda nantinya akan jauh berbeda dengan yang dihadapi saat ini.

“Sekarang tidak dapat bergantung pada capaian akademik dengan tingginya IPK. Jenis pekerjaan apapun di masa depan, membutuhkan soft skill yang mumpuni, karakter yang tangguh, kemampuan dan ilmu multidisplin,” ujar Nadiem.

Guna mengatasi hal tersebut, Nadiem menyebut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi salah satu solusi dalam menjembataninya, dengan berbasis pada konsep ilmu mutidisiplin atau IDCP.

Dalam IDCP, elemen-elemen kompetensi pengetahuan dan keterampilan dikombinasikan dengan spiritualitas dan nilai-nilai hidup.

Hingga saat ini, program Kampus Merdeka telah diikuti oleh lebih dari 420.000 mahasiswa. Jumlah ini, kata Nadiem sangat membanggakan. Salah satu bagian dari Kampus Merdeka yakni program “Kampus Mengajar.” Dalam program, mahasiswa didorong untuk keluar dari zona nyaman mereka.

Mereka membantu guru-guru SD dan SMP dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi para murid dengan memnafaatkan teknologi dalam proses pembelajaran.

Ini menjadi bukti bahwa dengan memberikan mahasiswa berkarir di luar kampus, mereka tergerak untuk mengembangkan pengetahuannya. Pada saat yang sama terpanggil untuk berkontribusi pada negeri.

“Inilah yang menjadi implementasi kampus merdeka. Mari kita berkolaborasi untuk memperkuat sektor pendidikan tinggi,” pungkas Nadiem.

Seminar internasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) ini membahas pendidikan karakter sebagai ciri khas hasil pembelajaran perguruan tinggi.

Ditjen Diktiristek sendiri menggandeng beberapa pembicara dari berbagai perguruan tinggi dan juga pakar pendidikan karakter kelas dunia.

Dosen mata kuliah tourism Politeknik Negeri Bandung (Polban), Marceilla Suryana hadir sebagai salah seorang narasumber dengan topik “Best Practices IDCP Infusion in Higher Education.” Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai “Praktik Baik Infusi IDCP di Perguruan Tinggi.”

Sebagai dosen yang mengajar ticketing di Polban lebih dari 20 tahun, Marceilla berbagi pengalaman bahwa karakter mahasiswa yang dia hadapi setelah masa pandemi berubah cukup signifikan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut pihaknya mengatakan mata kuliah tourism yang erat kaitannya dengan servis, sehingga konsep IDCP sangat relevan dan perlu ditingkatkan dalam bidang pendidikan.

Perempuan yang dikenal sebagai best seller dari Internasional Tourism Institut di Swiss ini memaparkan penerapan IDCP pada mata kuliah tourism di Polban. Marceilla sendiri membaginya dalam empat bagian yakni Knowledge, General skill, Special skill, dan Attitude.

1. Knowledge

Politeknik Negeri Bandung sendiri memiliki 13 pengetahuan dalam skema kurikulum pendidikan tinggi “D3 Tour and Travel Business” Polband 2021. Seperti diketahui bahwa pariwisata erat kaitannya dengan human touch, sehingga harus face to face antara provider dengan pengguna.

Oleh karena itu, adanya program ICDP ini sangat membantu dan mendukung pembentukan insan-insan pariwisata. Lulusan pariwisata diharapkan memiliki karakter yang selalu sumringah, entertainer, greetings every day, dan smile. Dalam keadaan suka duka, mereka harus tetap tersenyum.

Dengan demikian, mereka harus mampu mengolah emosionalnya ketika mengalami masalah, sehingga dalam menghadapi tamu, harus tetap stabil, hatinya kuat, dan memberikan yang terbaik untuk tamunya.

“Hal ini paling sulit dibina untuk putra-putri kita,” ujar Marceilla.

2. General skill

Ada sebanyak 14 keterampilan umum dalam skema kurikulum pendidikan tinggi “D3 Tour and Travel Business” Polband 2021. Secara singkat ke 14 keterampilan umum tersebut menuntut mahasiswa untuk mampu melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas.

3. Special skill

Hal menarik dari bagian special skill yakni upaya mahasiswa untuk mampu menangani konflik yang ada di dalam dirinya sendiri dan dengan costumer.

Mahasiswa harus mampu mengenali dan memahami setiap costumer yang berbeda karakteristik.

“Tidak semua costumer kita tahu karakteristik dari costumer, tetapi kita harus tetap keep calm and humble,” urai Marceilla.

4. Attitude

“Attitude” harus menjadi tagline setiap mahasiswa.

Marceilla juga mengatakan bahwa lulusan ini akan menghasilkan mahasiswa yang bekerja sebagai ticketing manager atau ticketing supervisor. Konsep IDCP diharapkan menghasilkan lulusan yang memiliki soft skill in life value dan soft skill in spiritualism.

Soft skill in life value terdiri dari hardwork, mutual coorperation, scientific, open minded, diligent, harmonic, risk taking, communicative, and initiative. Para lulusan pariwisata diharapkan mampu bekerja keras dan tekun. Juga dalam menanggung risiko dalam kesalahan.

“Kesalahan sedikit di dalam penghitungan, mereka akan menanggung akibatnya.”

Oleh karena itu, di dalam soft skill in life value ada banyak nilai-nilai kehidupan yang harus mereka pelajari.

Sementara itu, pada bagian soft skill in spiritualism, akan dipelajari beberapa hal yakni kindness, trust, tolerance, honest, and fair.

Marceilla menggarisbahwahi bahwa “Kejujuran” merupakan hal yang paling sulit ditanamkan dan diterapkan dalam diri mahasiswa.

“Setelah dua tahun tidak berjumpa secara offline, karakter mahasiswa itu luar biasa sulit untuk dibendung,” kata Marceilla.

Mereka suka memberikan komentar yang berupa pengalihan dan pembenaran. Kalau salah sedikit, mereka akan foto dan meng-upload-nya pada media sosial. Selain itu, mayoritas mahasiswa saat ini kurang komunikasi karena di kelas mereka sering asik dengan gawainya. Mereka senang chatting pada whatsapp-nya. Perubahan ini sangat nampak setelah dua tahun tidak berjumpa secara langsung.

Akhirnya, Marceilla berpesan agar mahasiswa dilatih untuk mandiri dan tidak disuapin karena mereka sering mudah menyerah dan ingin bekerja instan, misalnya hanya mengambil tugas dari internet dan mengemasnya dengan bahasa sendiri.

"Saya nyerah bu, saya ga tau bu, saya gak ngerti bu.”

Demikianlah bahasa yang sering mereka ungkapkan. Oleh karena itu, pendidik harus membiasakan mahasiswa untuk lebih mandiri, berfikir kritis, dan komunikatif untuk meningkatkan karakter baik mereka.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/23/173009971/bukan-ipk-inilah-yang-dibutuhkan-lulusan-untuk-sukses-di-dunia-kerja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke