Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Mahasiswa Bunuh Diri, Psikolog: Penyebab Tidak Hanya Satu Faktor

KOMPAS.com - Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan peristiwa mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) bunuh diri, Sabtu (8/10/2022) silam.

Korban nekat melompat dari lantai 11 sebuah hotel di kawasan Depok, Sleman, DIY. Peristiwa tersebut tentu disayangkan banyak orang.

Meski sebenarnya kasus bunuh diri cukup sering terjadi namun peristiwa tersebut banyak menyedot perhatian karena aksi bunuh diri dilakukan di tempat umum.

Bunuh diri yang dilakukan mahasiswa UGM ini juga menjadi perhatian para psikolog di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Penyebab orang bunuh diri bukan karena satu faktor saja

Psikolog Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta Brigitta Erlita Tri Anggadewi turut memberikan pandangannya. Menurutnya, peristiwa bunuh diri tidak hanya disebabkan satu faktor saja.

Penyebab bunuh diri, lanjut Erlita, biasanya karena ada permasalahan mental atau gangguan psikologis terlebih dahulu.

Gangguan psikologis itu bisa berupa depresi, kecemasan tinggi, personality disorder hingga gangguan mood atau suasana hati. Selain itu, orang bisa terlintas untuk melakukan bunuh diri juga karena faktor kepribadian.

Faktor psikologis yang menyebabkan seseorang terbersit untuk melakukan bunuh diri bisa juga karena belum memiliki jiwa atau karakter yang tangguh. Atau karena memiliki tipikal mudah sensitif, sering baper karena keadaan.

Erlita menambahkan, ada faktor lain yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Yakni karena faktor keluarga, teman dekat atau pacar. Ada seseorang yang kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi baru.

"Pada intinya orang nekat melakukan bunuh diri tidak hanya dilihat dari satu faktor. Karena bisa saja bagi kita sesuatu yang terjadi itu bukan suatu masalah namun bagi orang lain itu jadi suatu masalah banget," papar Erlita kepada Kompas.com, Senin (10/10/2022).

Harus jadi pribadi yang tangguh

Dosen USD Yogyakarta yang saat ini tengah menempuh pendidikan S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menegaskan, daya juang yang dimiliki masing-masing pribadi berbeda-beda.

Kemampuan mengatasi suatu permasalahan dan kemampuan untuk beradaptasi itu juga berpengaruh pada seseorang bisa menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Erlita menjelaskan, keberadaan support system sangat penting. Yakni dari keluarga, teman-teman dan orang tedekat.

Dalam hal ini, untuk mencegah seseorang mengakhiri hidupnya, juga perlu kesadaran dari masyarakat sekitar.

Masyarakat juga harus peka jika ada orang yang mengalami perubahan perilaku. Seperti mengurung diri di kamar atau melakukan hal yang di luar kebiasaannya.

"Jika ada teman yang terlihat murung atau mengurung diri, kamu bisa menghampiri dan mengajak main bersama. Jangan semakin dikucilkan atau dianggap orang aneh. Itu justru makin membuat terpuruk. Kamu bisa merangkulnya dan menunjukkan perharian bahwa kamu tidak sendiri," urai Erlita.

Beri pemahaman, kamu tidak sendiri

Erlita menambahkan, mencegah kecenderungan bunuh diri bisa dieliminir dengan kepekaan dari diri sendiri. Jika menghadapi suatu permasalahan hingga muncul keinginan bunuh diri bisa segera ke pihak profesional baik psikolog atau psikiater.

Dia menambahkan, salah satu ciri orang yang kondisi mentalnya sedang tidak baik dan bahkan terbersit untuk mengakhiri hidupnya adalah mengalami perubahan perilaku yang mencolok.

Misalnya ada yang punya karakter ceria kemudian berubah menjadi menyendiri dan murung, hal itu perlu diwaspadai.

Jika hal itu tidak segera disadari bisa saja mengarah permasalahan psikologis yang tidak teratasi. Apalagi jika tidak mendapat support system yang baik juga bisa saja mengarah ke tindakan bunuh diri.

"Yang penting memberi pemahaman bahwa kamu tidak sendiri caranya dengan memberi perhatian dari lingkungan terdekat," tandas Erlita.

Dia mengimbau pada generasi muda atau mahasiswa, pada intinya anak muda perlu belajar untuk lebih tangguh, lebih adaptif dengan situasi dan kondisi yang terjadi.

Karena tidak semuanya hidup berjalan mulus, hidup juga ada naik dan turun. Ada kondisi tersandung hingga jatuh. Namun dengan berbagai kondisi tersebut, hidup tetap harus dijalani.

"Hidup itu tidak selalu jalannya mulus. Jika hidupnya tidak mulus, tidak apa-apa dan tetap dijalani. Tidak perlu menetapkan standar orang lain ke dirimu, tidak apa-apa tidak bisa menjadi seperti orang lain. Hal itu yang penting dilakukan," pungkas Brigitta.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/10/11/062700671/kasus-mahasiswa-bunuh-diri-psikolog-penyebab-tidak-hanya-satu-faktor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke