Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konflik China dan Taiwan, Begini Posisi Indonesia Menurut Dosen Unpas

KOMPAS.com - Konflik China dan Taiwan saat ini menjadi tengah menjadi sorotan. Hubungan antara China dan Taiwan kembali memanas usai kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan beberapa waktu lalu.

Akibat kunjungan itu, meningkatkan kewaspadaan China terkait dukungan AS kepada Taiwan yang diklaim sebagai bagian dari wilayahnya.

China mengecam keras kunjungan Nancy Pelosi dan memulai empat hari latihan militer pada enam zona di sekitar Taiwan.

China menunjukkan rasa marahnya dengan melakukan sejumlah aktivitas militer di dekat perairan Taiwan hingga memblokade ruang udara dan laut Taiwan.

Pendapat dosen Unpas terkait konflik China dan Taiwan

Menanggapi konflik China-Taiwan ini, Dosen Hubungan Internasional sekaligus Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Pasundan (Unpas) Dr. Kunkunrat memberikan pendapatnya.

Dia menilai, salah satu misi lawatan ini menyusul kekhawatiran Amerika Serikat (AS) terhadap kemungkinan bersatunya kekuatan Rusia dan China untuk mengambil alih dominasi barat.

Menurutnya, perang Rusia dan Ukraina berdampak besar bagi situasi politik internasional, khususnya dominasi barat.

Dia menilai, invasi Rusia ke Ukraina disebut-sebut bakal menggeser dominasi barat ketika China berstatus sebagai negara adidaya di samping Rusia dan AS.

"Taiwan di-protect oleh AS sebagai satelit untuk mengontrol China," kata Dr. Kunkunrat seperti dikutip dari laman Unpas, Rabu (10/8/2022).

Dia menjelaskan, ketika Taiwan dianggap equal atau setara dengan negara lain, tentu China marah. Karena China selalu mengatakan dalam diplomasinya bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya.

Menurutnya, kekuatan China di perekonomian global sangat kuat. Ekonomi China diprediksi mampu menyalip AS dalam satu dekade ke depan.

Jika kekuatan China dan Rusia bersatu, dikhawatirkan keduanya menjadi saingan AS.

"AS sekarang domestic support­-nya agak kurang, dolar makin melemah. China memang ada pelambatan ekonomi, tapi pertemanan China dengan Rusia berpotensi luar biasa. Untuk itu AS mencoba mengganggu Taiwan. Menurut saya, ini bisa jadi perubahan geopolitik terbesar," beber dia.

Konflik China-Taiwan, Indonesia bisa berperan netral

Dia menambahkan, perseteruan China dan AS merupakan persoalan klasik karena kedua negara sejak lama saling berupaya untuk menjadi nomor satu.

Mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia, bagaimana sebaiknya posisi Indonesia dalam menyikapi konflik klasik tersebut?

Dr. Kunkunrat menyebut, Indonesia bisa berperan netral lantaran diplomasi yang dianut ibarat mendayung di antara dua karang (politik bebas aktif).

Sistem ini jauh lebih lugas, tidak pro-barat atau timur, sehingga Indonesia bebas menentukan sikapnya terhadap konflik internasional.

"Indonesia dapat menyuarakan solusi guna menurunkan ketegangan antarnegara yang berkonflik. Untuk menuju solusi diplomatik harus ada peredaan ketegangan terlebih dahulu, lalu gencatan senjata, dan baru masuk ke meja perundingan," paparnya.

Ia menekankan, geopolitik dan geoekonomi global sudah seharusnya menjadi perhatian karena bisa jadi pemicu atau konsekuensi.

"Saat ini dunia memerlukan kearifan dan tanggung jawab para pemimpin negara agar perdamaian dan stabilitas tetap terjaga," tandasnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/08/10/170207271/konflik-china-dan-taiwan-begini-posisi-indonesia-menurut-dosen-unpas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke