Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lavita Jadi Lulusan Pertama Prodi Magister Teknologi Nano ITB

KOMPAS.com - Pada Wisuda Ketiga Institut Teknologi Bandung (ITB) TA 2021/2022 yang digelar, Sabtu (23/7/2022) lalu, ada yang menarik.

Yakni, ada satu lulusan bernama Lavita Nur’aviana Rizalputri yang menjadi lulusan pertama dari Program Studi Magister Teknologi Nano ITB.

Bahkan Lavita lulus dengan dengan predikat cumlaude. Ia juga memulai pendidikan S2 di tahun 2020 dalam kondisi pandemi yang serba daring.

Meski penuh keterbatasan, tetapi tidak menghalangi niatnya untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan studinya di ITB.

"Pas pertama masuk udah full online (kegiatan belajarnya), ke laboratorium juga ga bisa. Sedangkan Teknologi Nano ini fokusnya ke riset. Jadi harus menyesuaikan kondisi saat itu," ujarnya dikutip dari laman ITB, Jumat (29/7/2022).

Namun untungnya setelah satu semester ada kebijakan diperbolehkan masuk lab untuk pengerjaan tesis. "Jadi untuk penelitian bisa balik normal lagi meskipun kelas tetap online," imbuhnya.

Alasan tertarik teknologi nano

Dia menjelaskan mulai mengenal dunia nano material saat terlibat dalam riset bersama dosen ITB selama enam bulan pasca kelulusannya dari Program Studi Sarjana Teknik Biomedis ITB.

Di sana, ia bekerja sama dengan berbagai program studi, profesi, universitas, bahkan industri sehingga kesadaran akan pentingnya kolaborasi multidisiplin pun muncul.

Bersamaan dengan itu, ITB membuka Program Studi Magister Teknologi Nano untuk pertama kalinya di tahun 2020 yang mengusung konsep kolaborasi.

"Prodi ini berada langsung di bawah Sekolah Pascasarjana, gak di bawah Fakultas/Sekolah tertentu karena dosen-dosennya sendiri berasal dari berbagai fakultas," terangnya.

Di sini dia boleh riset apapun. Selain itu, konsep kolaborasi juga ditekankan. Jadi dia tertarik karena prodi di Indonesia kebanyakan risetnya selinear dengan bidangnya. "Sementara di prodi ini kita bisa riset ke berbagai bidang keilmuan," jelasnya.

Di tesisnya, Lavita mencoba mengembangkan kinerja sebuah sensor bernama screen printed carbon electrode untuk mendeteksi dopamin di dalam tubuh tanpa menyakiti tubuh.

Dia menggunakan emas berukuran nano sebagai material yang bisa meningkatkan performa sensor tersebut.

Hasil penelitian ini tentu sangat bermanfaat mengingat dopamin bisa mengindikasi banyak penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson, sementara cara yang selama ini dilakukan untuk memeriksanya dapat dibilang menyakitkan bagi tubuh.

Namun dirinya tidak berhenti di situ saja, Lavita ingin kembali melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi karena ingin memperdalam pengetahuan yang telah ia dapat sebelumnya dan kesukaannya terhadap riset.

Ia pun masih terbuka akan opsi-opsi yang ada apakah akan melanjutkan pendidikan di dalam atau luar negeri.

Tips sukses Lavita

Dalam kondisi apapun (baik pembelajaran online maupun offline), kita lihat dari sisi baiknya saja biar kita bisa memanfaatkan situasi yang ada dan cari cara bagaimana kita bisa nyaman dalam belajar.

Misalnya pas online ketika dosen menjelaskan dan ada hal yang kita gak paham, kita bisa langsung searching untuk bisa dibaca setelah selesai kelas.

"Jangan lupa juga untuk reach teman-teman seperjuangan kita, jadi bisa bertanya kalau ada yang kurang ngerti," jelasnya.

Selain itu, ia juga memberikan pesan pada mahasiswa ITB untuk lebih terbuka dalam melihat peluang-peluang yang ada di sekitar kita.

Peluang tersebut salah satunya dapat hadir dalam bentuk kerja sama dan kolaborasi. Menurutnya, bekerja sama dengan orang lain membuat kita mendapatkan banyak pembelajaran.

"Karena itu, sebaiknya kita tidak menutup diri dari kerja sama serta menurunkan arogansi kita," pesan Lavita.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/07/31/070700671/lavita-jadi-lulusan-pertama-prodi-magister-teknologi-nano-itb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke