KOMPAS.com - Meski menjadi kebutuhan sehari-hari, tetapi masker medis yang sudah tak terpakai juga jadi masalah tersendiri. Yakni jika tak dikelola dengan baik.
Atau, kini penggunaan masker medis sekali pakai itu ternyata menghasilkan masalah lain yakni berupa timbulan limbah medis. Bila masalah tingginya timbulan limbah medis ini tidak dikelola dengan baik, dapat berpotensi masalah baru.
Yakni menyebabkan risiko penyebaran berbagai bakteri dan virus yang mudah menular seperti TBC, Covid-19 dan sejenisnya serta masalah lingkungan lainnya.
Menurut dokter umum di RSA UGM dr. Annisa Nurul Pratiwi Sudarmadi, masker medis sekali pakai utamanya terbuat dari polipropilen atau salah satu jenis plastik.
Plastik membutuhkan waktu hingga ratusan tahun agar bisa terurai. Limbah masker yang tidak terkelola dengan baik akan berdampak terhadap ekosistem laut.
Limbah masker dapat terbawa hingga ke laut, sedangkan hewan tidak dapat membedakan mana sampah mana makanan mereka, sehingga sampah dapat tertelan oleh hewan laut.
"Banyak juga hewan terjerat tali elastis masker dalam waktu lama atau bahkan hingga menyebabkan hewan-hewan tersebut mati," ujarnya dikutip dari laman RSA UGM, Senin (30/5/2022).
Belum lagi ancaman mikroplastik, limbah masker terdegradasi menjadi mikroplastik yang dapat mencemari lingkungan dan berdampak luas hingga pada rantai makanan.
Per hari limbah masker ada ratusan ton
Dijelaskan, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 medis Covid-19 mencapai lebih dari 18.000 ton hingga akhir Juli 2021.
Sementara itu, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) memperkirakan rata-rata sampah medis per hari menyentuh 383 ton. Limbah yang mendominasi terutama adalah limbah masker yang menyebabkan pencemaran lingkungan, sekitar 129 miliar masker digunakan setiap bulan di dunia.
Dikatakan, masker yang digunakan oleh masyarakat, bukan termasuk kategori limbah medis yang diperlakukan seperti limbah medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Ini karena tidak digunakan dalam pelayanan Kesehatan atau digunakan oleh pasien Covid-19, sehingga masuk dalam kategori limbah domestik.
Namun, untuk mengurangi risiko kesehatan, diperlukan perlakuan tambahan sebelum masker tersebut dibuang. Atau butuh cara mengelola limbah masker.
Tahapan membuang limbah masker
Berikut ini tahapan yang harus diperhatikan oleh masyarakat dalam membuang masker, yaitu:
Penanganan masker bekas pasien isolasi mandiri di rumah
Sedangkan untuk masker bekas pasien Covid-19, termasuk dalam kategori limbah infeksius sehingga wajib diperlakukan khusus, tahapan yakni:
Upaya yang dapat dilakukan masyarakat
Alangkah baiknya jika kita menggunakan masker dengan berbahan yang biodegradable sehingga lebih ramah lingkungan.
Apabila masker biodegradable sulit ditemukan, bagi limbah masker rumah tangga dan yang bukan dari penderita Covid, dapat dilakukan daur ulang dengan cara mendatangi depo daur ulang di kota masing-masing.
Sebagai contoh, di area Solo dan Yogyakarta sudah tersedia drop box pengumpulan limbah masker yang tersebar di 18 titik lokasi.
"Kita dapat memanfaatkan drop box ini, yang nantinya dari masker yang terkumpul akan dilakukan daur ulang, mulai dari tahap sterilisasi, ekstruksi (pemanasan) hingga menjadi biji plastik dan pencetakan," jelasnya.
https://www.kompas.com/edu/read/2022/05/31/135801171/dokter-rsa-ugm-beberkan-cara-mengelola-limbah-masker