Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Alat Pengubah Air Hujan Jadi Air Minum Milik Tim SIL UI

KOMPAS.com - Kehidupan manusia jelas tidak bisa terlepas dari air. Sebab, air menjadi sumber daya krusial yang merupakan penopang utama kehidupan manusia.

Saat ini risiko krisis air mulai dialami oleh masyarakat pesisir di kota besar. Pemenuhan air bersih menjadi tantangan utama karena kondisi lingkungan mulai terdegradasi.

Untuk itu, Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) melakukan riset terhadap pemanfaatan air hujan.

Tim SIL UI yang diketuai oleh Hayati Sari Hasibuan menerapkan teknologi Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) yakni mengolah air hujan menjadi air bersih bahkan bisa diminum.

SPAH merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai sumber suplai air bersih.

Riset ini merupakan flagship dan mendapatkan pendanaan dalam program Prioritas Riset Nasional (PRN) di bawah koordinasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Melalui program ini UI turut serta dalam pencapaian SDGs 6 “clean water and sanitation for all".

Sari menjelaskan, air hujan meminimalisasi dampak lingkungan karena penggunaan instrumen seperti atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain dapat menghemat pengadaan instrumen baru.

“Dengan meresapkan kelebihan air hujan ke tanah, volume banjir di jalan-jalan perkotaan dapat berkurang. Selain itu, air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih. Ini bisa menjadi cadangan air bersih apabila terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama saat terjadi bencana alam," ujarnya dilansir dari laman UI.

Ia mengatakan, air hujan merupakan sumber air yang sangat penting, terutama di daerah dengan kondisi tidak terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah, serta tidak tersedia air tanah.

Sementara untuk SPAH sendiri meliputi tempat menangkap hujan (collection area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance).

Lalu filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan, dan pompa. Area penangkapan air hujan (collection area) dan bahan yang digunakan memengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air hujan.

Lalu tangki air atau tandon 2.000 L, pipa, talang, stop kran, bola plastik, serta dakron atau kertas penyaring.

Bahan-bahan yang digunakan untuk menangkap air hujan harus aman dan mampu menjaga kualitas air hujan. Umumnya, bahan yang digunakan anti karat, seperti alumunium, besi galvanis, beton, atau fiberglass shingles.

SPAH dipilih sebagai upaya pemenuhan air bersih karena dapat dilakukan dengan mudah menggunakan bahan dan alat yang terjangkau.

SPAH juga dapat dipakai secara individu dalam skala rumah tangga dengan menggunakan alat dan bahan sederhana, seperti galon air minum ataupun ember sebagai wadah penampung air hujan.

“Dalam proses memanen air hujan, kebersihan tandon perlu diperhatikan. Jika melewati musim kemarau, harus dilakukan pembuangan air pertama selama 15–20 menit untuk membersihkan saluran pipa dari kotoran di atas atap. Jika curah hujan sedikit, pengguna harus membersihkan atap dan mengecek kondisi dakron. Pemeliharaan dan perawatan SPAH ini dilakukan secara berkala bergantung pada musim hujan,” kata Sari.

Tim SIL UI, kemudian membangun instalasi SPAH di dua kampung nelayan Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, yaitu RW/01 dan RW/15. Kegiatan ini berlangsung selama Oktober–Desember 2021 dan mendapat dukungan dari banyak pihak.

Sari berharap pemanfaatan SPAH di Cilincing dapat menggantikan kebutuhan warga akan pipa air karena air hujan memiliki banyak manfaat. Selain memenuhi kebutuhan air bersih, pengmas SIL UI juga berupaya menurunkan angka stunting pada warga di pesisir Cilincing.

“Air hujan memiliki manfaat untuk kesehatan bagi masyarakat karena membatu regenerasi sel. Penggunaan air hujan juga mengurangi biaya air berbayar dan penggunaan air tanah," katanya. 

SPAH juga diharapkan memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat nelayan sehingga air bersih yang dikonsumsi dapat menurunkan angka stunting di Kalibaru. 

Riset yang ditelitinya ini dibimbing Prof. Ignatius Sutapa selaku Koordinator PRN Stunting BRIN dan Dr. Gunawan Pratama Yoga selaku reviewer PRN BRIN.

Ia mengatakan dengan hidup sehat melalui air yang berkualitas, maka generasi mendatang bisa terhindar dari ancaman stunting.

Sebab, rata-rata angka stunting di Indonesia sebesar 37,2 persen. Menurut standar WHO (World Health Organization), persentase ini termasuk kategori berat.

Oleh karena itu, SPAH diharapkan dapat mengatasi permasalahan ini, terutama bagi masyarakat di pesisir Jakarta. Tentunya, hidup sehat dimulai dari konsumsi air yang layak.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/03/13/090322371/ini-alat-pengubah-air-hujan-jadi-air-minum-milik-tim-sil-ui

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke