Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Itera: Astrowisata Jadi Wisata Alternatif, Ini Keunggulan Indonesia

KOMPAS.com - Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung menjadi satu-satunya universitas yang memiliki jurusan Sains Atmosfer dan Keplanetan.

Dengan sarana dan prasarana yang dimiliki, Itera beberapa kali berbagi informasi tentang fenomena astronomi yang terjadi kepada masyarakat luas.

Melalui Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Wisata Geopark Global dan Wisata Langit (WG2WL), Itera mengadakan webinar bertajuk 'Astrowisata: Memandang Langit Nusantara, Memaknai Kearifan Semesta'.

Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penjamin Mutu Itera, Acep Purqon menerangkan, rasa ingin tahu masyarakat yang tinggi terhadap fenomena astronomi saat ini adalah alasan untuk menjual astrowisata di Indonesia.

Kembangkan astrowisata

Diharapkan hal tersebut dapat memotivasi dan mendorong pemerintah dan pelaku pariwisata untuk mengembangkan start up baru di bidang astrowisata.

Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Alexander Reyan menyampaikan, astrowisata sebelumnya adalah wisata peminatan yang biasanya hanya dilakukan secara terbatas dan tidak massal.

Padahal bidang ini sangat ideal sebagai alternatif pariwisata saat kondisi pandemi seperti saat ini.

Keunggulan Indonesia

Advisor Purino WG2WL Itera Moedji Raharto menambahkan, Indonesia memiliki banyak keunggulan dalam astrowisata.

Salah satu penyebabnya adalah Indonesia berada di antara garis khatulistiwa, sehingga kita dapat melihat milky way dengan mudah.

Untuk mengembangkan astrowisata perlu kerja sama multidisiplin yang saling mendukung satu sama lain.

Kaprodi Pascasarjana Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB) Aprilia, mengupas seputar etnoastronomi nusantara.

Etnoastronomi adalah studi tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan fenomena alam semesta.

"Di Indonesia, nenek moyang kita sudah lama menjadikan langit sebagai petunjuk kegiatan sehari-hari. Pengetahuan tentang langit malam dan konstelasi bintang juga sudah biasa digunakan di banyak kelompok etnis di Indonesia," ujar Aprilia.

Budaya yang mengandalkan ilmu astronomi

Dia mengungkapkan, hampir setiap daerah memiliki budaya-budaya masing-masing mengenai ilmu astronomi. Misalnya di Lampung ada tradisi Serat Ulu (bercocok tanam) yang juga menginplementasikan ilmu astronomi.

Sementara itu Kepala UPT OAIL Itera Hakil L. Malasan menyebut kunci utama suatu kegiatan pariwisata adalah membuat pengunjung merasa terlibat dalam kegiatan tersebut.

Ciptakan astrowisata yang tidak membosankan

Menurutnya, akan cukup membosankan bila dalam astrowisata pengunjung hanya meneropong bintang saja tanpa ada pengenalan dan narasi yang melengkapinya.

Karena itu dalam astrowisata selain pengembangan alat pengamatan, pihak Itera juga harus coba mengembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik.

"Seperti workshop dan ekskursi. Dengan begitu pengunjung dapat menciptakan memori yang bisa di bawa pulang," beber Hakil.

Emanuel Sungging Mumpuni dari Pusat Sains Antariksa LAPAN menerangkan, astroturisme adalah salah satu wisata yang membutuhkan peguasaan astronomi yang profesional dalam pengantaran kontennya.

"Namun menguasi ilmu astronomi saja tidak cukup. Diperlukan juga pengetahuan mengenai keterkaitan dengan budaya, kearifan lokal, serta ilmu yang dapat diturunkan untuk generasi selanjutnya," tandas Emanuel.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/07/13/190500171/itera--astrowisata-jadi-wisata-alternatif-ini-keunggulan-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke