Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pakar IPB: Khasiat Tanaman Porang, Cegah Kanker dan Gula Darah

KOMPAS.com - Ada satu tanaman yang sedang gencar ditanam dan diburu banyak masyarakat.

Sempat dianggap liar, tanaman ini diburu karena harga komoditinya yang tinggi dan cukup mahal jika dijual.

Apalagi, khasiatnya sendiri juga sama tingginya dengan harganya. Tanaman ini, bernama porang atau iles-iles.

Bentuknya sendiri mirip umbi-umbian dan sebetulnya di luar negeri seperti di Jepang, tanaman ini sudah menjadi pilihan makanan pokok sejak lama.

Menanggapi fenomena porang yang sedang naik daun, Guru Besar IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Prof.

Edi Santosa menjelaskan ada banyak hal yang terkandung dalam porang ini.

Tanaman porang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena kandungan senyawa di dalamnya. Berdasarkan penelitian, tanaman porang memiliki kandungan senyawa glukomanan yang tinggi.

Senyawa glukomanan ini dinilai dapat menjadi sumber bahan pangan yang sehat. Sebab, bisa menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah.

Lalu mencegah kanker, menurunkan berat badan, dan mengatasi sembelit. Di sisi lain, senyawa glukomanan ini juga dapat dimanfaatkan untuk pelapis obat di bidang medis.

Edi menjelaskan tanaman porang termasuk dalam famili Amorphophallus.

Dia mengungkapkan, Indonesia memiliki 24 jenis Amorphophallus dari 200 jenis yang tersebar di seluruh dunia.

"Ada sekitar 24 jenis Amorphophallus asli Indonesia dan tanaman ini hanya ada di dunia lama seperti Indonesia," ujar Edi dilansir dari laman IPB, Minggu (18/4/2021).

Secara botani, kata Edi, dunia terbagi menjadi dua yaitu dunia lama dan dunia baru.

Dunia lama terdiri dari Indonesia, Afrika dan Asia sementara dunia baru terdiri dari Amerika, Eropa dan Australia.

Dengan demikian, tanaman Amorphophallus tidak ditemukan di dunia baru.

Lebih lanjut dia menerangkan, dari 200 spesies tanaman Amorphophallus, hanya ada tiga jenis yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Jenis tersebut adalah Amorphophallus konjac, A. paeoniifolius atau dikenal umum bernama suweg, lalu jenis A. muelleri atau biasa dikenal porang.

Namun, Edi menegaskan tanaman porang berbeda dengan tanaman acung (A. variabilis).

“Dari tiga jenis tanaman komersial ini, di Indonesia yang paling banyak berkembang hanya ada dua, yaitu A. paeoniifolius atau suweg dan A. muelleri, atau porang, " jelas Edi.

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University ini juga menjelaskan, tanaman porang ini awalnya merupakan tanaman hutan.

Dia menyebut, pemanfaatan tanaman porang dimulai sejak masa penjajahan Jepang (1942).

Sebelumnya, Jepang telah membudidayakan jenis A. konjac. Lalu saat menduduki Indonesia, tentara Jepang memanfaatkan porang sebagai logistik perang.

"Paling banyak yang dibawa itu adalah porang dan acung. Saat itu Jepang memanfaatkan tanaman ini untuk logistik perang terutama untuk sumber makanan. Sayangnya catatan sejarah kita terputus, catatan yang ada itu masyarakat kita dulu sudah mengonsumsi porang tetapi belum diketahui sejak kapannya," tambah Edi.

Ia menjelaskan, tanaman porang mulai intensif dibudidayakan sejak tahun 1980-an. Saat itu, Perhutani mengintroduksi porang ke Cepu. Tanaman porang tersebut ditanam di bawah tegakan tanaman jati.

Terkait budidaya tanaman porang, Edi menjelaskan tanaman tersebut dapat ditanam di mana saja.

Tanaman porang dapat ditanam di bawah naungan maupun lahan sawah terbuka.

"Porang ini kan awalnya tumbuh di hutan, jadi bisa ditanam di bawah tegakan maupun di lahan sawah terbuka. Kalau hidup di hutan saja sudah bagus apalagi kalau dibudidayakan secara intensif dan terawat," tukas Edi.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/04/18/124733171/pakar-ipb-khasiat-tanaman-porang-cegah-kanker-dan-gula-darah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke