Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Staf Khusus Presiden: Perempuan Rentan Alami Bullying

KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia mengaku salah satu isu besar dalam dunia pendidikan adalah perundungan (bullying) yang rentan dialami perempuan.

Begitu juga yang pernah dialaminya di masa sekolah.

Maka dari itu, dia menyatakan, peran keluarga amat besar dalam membantunya mengatasi perundungan.

"Sejak kecil, saya menerima stigma karena menyandang disabilitas. Tetapi saya beruntung tumbuh dalam lingkungan keluarga suportif," ungkap dia melansir laman Kemendikbud, Selasa (9/2/2021).

Angkie mengatakan, dirinya diajarkan terus meningkatkan kemampuan diri dengan sekolah setinggi mungkin dan tidak membalas bullying dengan emosi.

Senada dengan Angkie, Inspektur Jenderal Kemendikbud, Chatarina Girsang menyebutkan, anak-anak harus didorong agar menjadi berani dengan diberikan afirmasi terhadap karakter positif dan membangun kepercayaan diri.

Chatarina sering menyanjung anaknya dengan perkataan yang positif, seperti anak yang cantik, anak yang ganteng, dan anak yang pintar.

Menurut dia, perkataan itu bukan sekedar pujian, tetapi akan membangun kepercayaan diri anak.

"Jadi mereka bukanlah seperti yang mereka pikirkan ketika mereka tidak percaya diri," turtur Chatarina.

Demi menghadapi bullying, dia selalu mengajarkan anaknya agar selalu tidak takut ketika berada di posisi yang tidak nyaman.

"Jadi yang saya ajarkan, kita harus berani menyampaikan," jelas Chatarina.

Ibu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Franka Makarim memiliki kejadian yang sama. Jika dirinya pernah mengalami bullying.

Efek jangka panjang

Dia menilai bullying memiliki punya efek jangka panjang.

Beruntung, saat itu belum ada yang namanya cyber-bullying (perundungan dunia maya) yang kini marak terjadi di antara siswa atau siswi di sekolah.

Baginya, kata Franka, nilai di dalam keluarga itu yang dapat membantu menghadapi bullying yang terjadi di dunia luar.

"Saya dan Pak Nadiem selalu memberikan ketangguhan dan nilai ke dalam diri anak-anak kita," tegas dia.

Franka meyakini, perempuan selayaknya berani untuk menyuarakan pilihan dan harapannya.

Lalu, penting juga mengkomunikasikan kemauan, agar nilai kesetaraan dalam pekerjaan maupun keluarga dapat dirasakan.

Termasuk juga, lanjut dia, mengutarakan keinginan dalam hal karir, seperti apakah ingin berkarya sebagai ibu rumah tangga di rumah atau mau mengikuti kursus, belajar lagi, atau mempunyai anak.

"Mari kita menemukan suara perempuan agar dapat menyampaikan apa yang diinginkan dengan cara yang baik, pada orang-orang yang dapat membantu kita mencapai itu," tukas Franka Makarim.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/09/064600971/staf-khusus-presiden--perempuan-rentan-alami-bullying

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke