Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masuk "Top 2% World Ranking Scientists", Guru Besar ITS Riset Ini

KOMPAS.com - Ada banyak karya penelitian yang sudah ditorehkan oleh guru besar yang satu ini. Maka tak heran bisa masuk dalam jajaran "Top 2% World Ranking Scientists".

Dia adalah Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof. Drs. Ec. Ir. Riyanarto Sarno, M.Sc., Ph.D.

Ada saja karyanya? Ternyata, kiprah Prof. Riyan di dunia penelitian sangat diperhitungkan. Adapun rentang kiprahnya di dunia penelitian yang telah mencapai tahun ke-30 sejak 1989.

Hal itu sesuai dengan metode survei dan pemeringkatan yang dilakukan peneliti dari Stanford University, Prof. John Ioannidis dan dua peneliti lainnya, Jeroen Baas dan Kevin Boyack.

"Sebelumnya, saya juga tidak menduga hal ini. Kemudian, kawan dosen dari Jepang yang memberitahukan nama saya termasuk di dalamnya," ujar Prof. Riyan seperti dikutip dari laman ITS, Minggu (22/11/2020).

Dijelaskan, pengakuan jenis baru ini dilakukan Stanford University dalam rangka perbaikan metode pemeringkatan yang sebelumnya telah banyak digunakan dan disalahgunakan.

Hal itu sebagaimana disebutkan John Ioannidis dalam publikasi ilmiahnya yang berjudul Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standardized Citation Indicators.

Hal itu dilakukan, salah satunya dengan pengelompokkan 22 bidang penelitian dengan 176 subbidang penelitian.

Adapun jejak publikasi dan sitasi juga menjadi indikator dalam pemeringkatan ini. Tercatat hingga akhir 2019, menurut data yang dihimpun oleh John Ioannidis, Prof. Riyan telah mempublikasikan sebanyak 243 artikel ilmiah dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Karya dosen Departemen Teknik Informatika ITS ini bahkan terus bertambah. Hingga pada 2020 telah tercatat karya sejumlah 267 artikel.

Dari matriks penilaian yang digarap guru besar Stanford University itu, ada dua bidang.

1. Bidang Information and Communication Technologies, Riyan paling banyak menyumbang publikasi ilmiah dalam subbidang Artificial Intelligence (AI) & Image Processing.

2. Subbidang kedua, karya Kepala Laboratorium Manajemen Cerdas Informasi ini banyak berbicara dalam subbidang Networking & Telecommunications.

Penelitian untuk keperluan medis

Namun menariknya, saat ini Prof. Riyan tengah mengembangkan penelitian di bidang AI untuk keperluan medis.

"Operasi otak memerlukan penentuan posisi dengan akurasi yang tinggi, untuk itu saya kembangkan AI untuk membantu penentuan posisi bedah otak pada pasien Parkinson, tumor dan stroke untuk membantu tenaga medis," ungkapnya.

Sebelum karya terbarunya muncul, matriks yang menjadi dasar pemeringkatan "Top 2% World Ranking Scientist" ini juga membuka jejak sitasi karya Riyan dalam satu tahun terakhir.

"Di akhir 2019, tercatat karya saya tersitasi sebanyak 196 dan punya nilai H-index 19," katanya. Ditambahkan, saat ini ia telah memiliki H-index 21 berkat tambahan publikasi yang terkait penelitian terbaru.

Karya yang bermanfaat bagi manusia

Tidak sekedar melakukan banyak penelitian saja, tetapi guru besar yang satu ini juga membagikan motivasinya dalam upaya penggiatan penelitian.

Prof. Riyan tidak semata bertujuan memperbanyak publikasi karya ilmiah saja. Lebih dari itu, sebagai manusia yang berkecimpung di dunia pendidikan harus bisa meninggalkan karya.

"Bukan hanya karya yang bisa berkelanjutan diteliti, tetapi juga bermanfaat bagi umat manusia," tandasnya.

Ilmuwan Indonesia masih kurang

Dijelaskan, dalam pemeringkatan itu jumlah peneliti atau ilmuwan dari Indonesia masih sedikit dibanding dari negara-negara maju dan negara tetangga.

Dalam daftar "Top 2% World Ranking Scientist" telah tercantum 42 nama scientist dari Indonesia. "Kita lihat Malaysia menyumbangkan 388 nama, lebih jauh ada Jepang dengan 4.483 nama, India 9.104 nama, dan China 12.948 nama," tambahnya.

Karenanya, menurut Riyan, sudah saatnya menunjukkan pada para mahasiswa, kebaruan dari artikel ilmiah yang dibuat sendiri oleh dosennya.

Dengan begitu, ia berharap akan membangun atmosfer penelitian yang labih baik serta mampu mewujudkan sifat inovatif dalam diri mahasiswa dan peneliti muda di Indonesia.

"Maka, ketertinggalan Indonesia akan terkejar dan lebih banyak lembaga penelitian yang turut menyumbangkan nama," harapnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/11/23/073706071/masuk-top-2-world-ranking-scientists-guru-besar-its-riset-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke