Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Mahasiswa Kangen Kampus...

Oleh: Kurnia Setiawan

KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama WNI,  pada 2 Maret 2020, sejak saat itu terjadi percepatan sebaran kasus corona di Indonesia.

Salah satu bidang yang ikut terdampak adalah dunia pendidikan.

Sejak 16 Maret 2020, perkuliahan di berbagai kampus di Indonesia dialihkan ke kuliah online dengan menggunakan berbagai platform yang ada. Dari awalnya hanya 15 kampus kemudian dalam kurun waktu 2 – 3 hari bertambah menjadi 60-an kampus dan 832 kampus pada 20 Maret 2020.

Tranformasi pembelajaran

Corona menjadi satu kata “sakti” yang mampu membuat perubahan besar di dunia, salah satunya di bidang pendidikan. Pembahasan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan kuliah online (e learning) sebelumnya masih menjadi wacana bagi sebagian kampus dan sekolah di Indonesia.

Kini, dalam kurun waktu kurang dari sebulan terjadi transformasi besar di sekolah maupun perguruan tinggi.

Meskipun tidak semua sekolah ataupun perguruan tinggi mempunyai tingkat kesiapan yang sama, tetapi semuanya “dipaksa” belajar untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Semua pihak, para dosen, guru, mahasiswa, dosen, dan karyawan berproses bersama dalam upaya peralihan kuliah reguler menjadi kuliah online.

Kondisi krisis saat ini menyebabkan kampus berbenah diri mempersiapkan perkuliahan online dengan segala keterbatasannya. Berbagai platform digunakan untuk memfasilitasi kuliah online.

Bahan ajar dan ujian diubah menjadi bentuk digital, proses bimbingan beralih menjadi pertemuan virtual. Revolusi Industri 4.0, internet of things (IoT) menjadi kenyataan.

Corona bukan hanya mengakselerasi penggunaan teknologi, tetapi juga moda perilaku dan gaya belajar yang baru.

Setiap bidang ilmu berupaya mencocokan diri dan mengambil peran dalam perubahan yang terjadi. Untuk ke depan tampaknya akan terjadi revolusi model pembelajaran di Indonesia.

Ilmu pengtehauan pada hakekatnya perlu dikembalikan kepada masyarakat. Peran ilmuwan adalah membawa kebaikan dan kemajuan bagi peningkatan kualitas hidup manusia.

Dalam sejarah ilmu, desain dikenal pula sebagai seni terapan dan merupakan ilmu baru yang berkembang sejalan dengan terjadinya perubahan besar bersamaan dengan revolusi industri di Eropa dan terus berkembang sampai sekarang.

Pada era revolusi teknologi informasi dengan ciri berkembangnya media baru (internet), desain memiliki peran besar dalam mengemas sebuah informasi menjadi menarik bagi pemirsa.

Selain terjadi perubahan media, terjadi pula perbedaan karakter dan kebiasaan masyarakat dalam menerima informasi. Kebiasaan membaca menjadi semakin luntur, saat ini sebuah informasi yang muncul di layar digital lebih banyak dilihat secara sekilas (scan) daripada dibaca secara mendetil.

Informasi yang menampilkan data lebih disukai dalam tampilan gambar (infografis) dibandingkan teks dan diagram/grafik biasa.

Kemudahan memperoleh informasi melalui smart phone menjadikannya suatu platform baru yang lebih banyak dipakai masyarakat dalam mengakses suatu informasi ataupun berita.

Melalui desain yang baik, perpaduan teks, gambar/foto/ilustrasi menjadikan suatu informasi/pesan lebih menarik dan berpeluang untuk sampai pada pemirsa.

Desainer merespon Corona

Sejalan dengan perkembangan isu Corona yang semakin intentif beritanya di jagat media sosial, muncul berbagai informasi pesan yang dikemas dalam tampilan desain, seperti poster infografis, video pendek, sampai dengan booklet digital.

Beberapa desainer juga turut berkarya meramaikan dunia maya melalui informasi dan pesan yang diharapkan dapat membantu masyarakat.

Sebut saja beberapa akun instagram, seperti teplete, yang berkarya lewat desain yang segar, humoris mengangkat isu sehari–hari dengan pesan agar menjaga jarak (sosial distancing).

Ada juga Rahmat Seblat yang juga berkarya melalui ilustrasi naratif untuk memberikan informasi seputar isu Corona.

Mahasiswa kangen kampus

Sejak hari Senin, 16 Maret 2020 perkuliahan online mulai dijalankan, mahasiswa di Fakultas Seni Rupa dan Desain sudah tidak lagi hadir di kampus Universitas Tarumanagara (Untar).

Semua kegiatan kemahasiswaan dihentikan atapun dialihkan. Mahasiswa desain untungnya tidak kekurangan akal, mereka tetap melakukan koordinasi secara virtual dan mengalihkan kegiatan mereka ke platform digital.

Salah satu terobosan kreatif yang dilakukan adalah kegiatan aksi sosial Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FSRD Untar yang dialihkan ke dalam bentuk kampanye digital bagi para mahasiswa yang ada di rumah agar tetap disiplin dan tidak menunda nunda tugas mereka.

DPM FSRD juga mengunggah konten kreatif digital untuk edukasi mahasiswa berkenan dengan permasalahan pencegahan penyebaran Corona Covid-19.

Upaya ini mendapatkan respon positif dari mahasiswa lainnya. Melalui games ini diharapkan para mahasiswa dapat menanggapi kebijakan pemerintah dan rektorat untuk belajar dari rumah dengan lebih “fun” dan menghilangkan “stress” saat belajar via online.

Selanjutnya para dosen dan mahasiswa sudah bertemu secara virtual melalui wa dan hangouts untuk brainstorming program kampanye kreatif lanjutan yang dapat dilakukan selama masa bekerja dan belajar di rumah, karena tampaknya masa krisis belum akan berakhir dalam waktu dekat dan malahan sudah diperpanjang sampai dengan akhir Mei 2020.

Desain sebagai ilmu terapan diharapkan dapat berkontribusi secara kreatif untuk menjadi katalis perubahan yang lebih baik bagi masyarakat.

Penulis: Kurnia Setiawan, Dekan FSRD Universitas Tarumanagara

https://www.kompas.com/edu/read/2020/03/29/173230971/ketika-mahasiswa-kangen-kampus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke