Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Prabowo Sebut Konflik di Papua Rumit, Ada Campur Tangan Asing

Kompas.com - 14/12/2023, 17:34 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com – Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengatakan, konflik yang ada di Papua rumit karena adanya gerakan separatisme dan campur tangan asing.

Hal itu disampaikan Prabowo ketika menjawab pertanyaan dari tim panelis mengenai konflik di Papua dalam debat pertama Pilpres 2024 di Kantor KPU RI, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

"Masalah Papua adalah rumit karena di situ terjadi suatu gerakan separatisme dan gerakan ini kita sudah ikuti cukup lama. Kita melihat ada campur tangan asing di situ dan kita melihat bahwa kekuatan tertentu selalu ingin Indonesia disintegrasi dan pecah," ujar dia.

Baca juga: CEK FAKTA: Anies Sebut Ribuan Anak Bangsa Kritik Pemerintah Dihadapi dengan Kekerasan

Benarkah apa yang disampaikan oleh Prabowo?

Untuk melihat apakah ada campur tangan negara lain dalam permasalahan Papua, hal pertama yang perlu diurai adalah sejauh mana dan apa definisi "campur tangan asing".

Dalam konteks diplomasi, campur tangan asing dipahami sebagai upaya intervensi. Secara umum, Persatuan Bangsa Bangsa menyatakan dalam piagamnya bahwa intervensi tidak dapat dilakukan terhadap urusan dalam negeri suatu negara.

Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 2 Ayat 7 di Piagam PBB dan Statuta Mahkamah Internasional.

Jika melihat definisi, Wirjono Prodojodikoro menegaskan bahwa intervensi tidak dimaknai secara luas sebagai segala bentuk campur tangan negara asing dalam urusan satu negara.

Dia menyatakan bahwa intervensi dimaknai secara sempit lebih sempit, yaitu "Suatu campur tangan negara asing yang bersifat menekan dengan alat kekerasan (force) atau dengan ancaman melakukan kekerasan, apabila keinginannya tidak terpenuhi".

Jika melihat definisi tersebut, sejauh ini belum ada bukti (hard evidence) yang memperlihatkan intervensi asing terkait urusan Papua.

Meski demikian, terdapat sejumlah upaya diplomasi untuk mencari dukungan negara lain, yang dilakukan tokoh pembebasan Papua seperti Benny Wenda.

Benny Wenda bersama sejumlah politisi lintas negara mendeklarasikan Parlemen Internasional untuk Papua Barat (IPWP) di Gedung Parlemen Inggris di London pada 2008.

Kemudian, dikutip dari Kompas.id, ada sebuah negara yang cukup lantang mendukung Papua memisahkan diri dari Indonesia, yakni Vanuatu.

Negara yang terletak di kawasan Melanesia itu mendukung kemerdekaan Papua karena menilai Indonesia telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Dengan dasar itu, Vanuatu menyatakan bahwa pihaknya memberikan dukungan penuh untuk memastikan persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat (United Liberation Movement of West Papua/ULMWP) mendapatkan keanggotaan di Melanesian Spearhead Group (MSG).

"Vanuatu perlu melakukan advokasi yang kuat dengan negara-negara MSG lainnya untuk memastikannya," kata pemimpin oposisi Vanuatu, Ralph Regenvanu, pada akhir 2021 lalu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com