Seperti yang ditulis dalam Babad Gresik, Hikayat Hasanudin, sejarah Banten, kitab Tarikh Auliya, sampai Serat Kandaning Ringgil Purwa.
Sunan Ampel sangat berpengaruh di Kerajaan Majapahit karena istrinya berasal dari kalangan istana.
Sementara itu, murid Sunan Ampel sendiri adalah putra Raja Majapahit, Raden Patah.
Kedekatan Sunan Ampel dengan kalangan ningrat membuat penyebaran Islam di daerah Jawa jauh dari hambatan, bahkan didukung oleh kerajaan.
Setelah dari Majapahit, Raden Rahmat memutuskan untuk pergi ke wilayah timur Jawa, tepatnya di Ampeldenta, Surabaya.
Dikutip dari Wali Sanga (2016), selama perjalanan dari Majapahit ke Ampeldenta, Raden Rahmat menyempatkan diri berdakwah kepada penduduk di daerah yang dilaluinya.
Rombongannya Raden Rahmat melewati Desa Krian, Wonokromo.
Baca juga: Maulana Malik Ibrahim, Wali Songo Pertama yang Sebarkan Islam di Jawa
Dakwah pertama yang dilakukannya terbilang unik. Raden Rahmat membuat kipas yang terbuat dari akar dan rotan.
Kipas itu dibagikan secara gratis kepada penduduk, tetapi untuk mendapatkannya mereka harus mengucapkan syahadat.
Penduduk yang menerima kipas itu merasa senang karena percaya bahwa akar pada kipas itu dapat membantu menyembuhkan batuk dan demam.
Raden Rahmat pun mulai berdakwah dan memperkenalkan Islam, dengan disesuaikan tingkat pemahaman penduduk sekitar.
Dakwah terus dilakukan sepanjang perjalanan, sampai memasuki Desa Kembangkuning.
Rombongan itu pun memutuskan untuk membuka lahan hutan, kemudian mengubahnya menjadi tempat sembahyang sederhana.
Tempat sembahyang itu kemudian dibangun lebih besar, kemudian menjadi Masjid Rahmat Kembangkuning.
Sesampainya di Desa Ampeldenta, Raden Rahmat berhasil menjadi penguasa wilayah tersebut.