Sunan Kalijaga menggambarkan tangan kanannya sebagai kabah Mekkah dan tangan kirinya menggambarkan masjid yang kemudian menjadi pusat kota Demak.
Garis antara tangan kanan dan tangan kiri inilah yang kemudian disepakati para wali sebagai arah kiblat Masjid Agung Demak.
Apabila diukur dengan teknologi modern ketepatan pengukuran oleh Sunan Kalijaga hanya kurang 12 derajat.
Menurut cerita rakyat Babad Tanah Jawa, pembangunan masjid itu dilakukan antara 29 Januari, 5, 12, dan 19 Februari 1479 M.
Baca juga: Sunan Kalijaga, dari Brandalan hingga Berdakwah lewat Wayang
Terlepas dari mitos atau cerita rakyat yang bekembang, faktanya Demak menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat di Jawa.
Dikutup dari Karakteristik dan Mitos Masjid Agung Peninggalan Kerajaan Islam di Jawa (2021), Kesultanan Demak berdiri pada akhir abad ke-15, di bawah pimpinan Raden Patah sebagai raja pertama.
Kekuasaannya meliputi Demak, Semarang, Tegal, Jepara, sebagian Palembang dan Kalimantan.
Kerajaan Majapahit belum sepenuhnya runtuh ketika Kesultanan Demak berdiri.
Ikon terkenal dalam Kesultanan Demak yakni adanya sembilan dewan penasihat yang disebut Wali Songo.
Mereka adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga.
Baca juga: Sunan Bonang, Tokoh Tasawuf dari Kalangan Wali Songo
Wali Songo ini juga dipercaya memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Kesultanan Demak bahkan menguasai hampir seluruh tanah Pasundan di Jawa Barat, di masa pemerintahan Sultan Trenggono.