Kegiatan partai itu cukup progresif karena menerbitkan media dakwah Wasillah pada September 1936 di Madiun.
Kepala editor majalah Wasillah yakni Tjoa Gian Lian dan Tan Kim Peng.
Baca juga: Tangyuan, Sajian Khas Imlek yang Jadi Cikal Bakal Wedang Ronde
Di Sumatera Utara, terdapat partai Persatuan Islam Tionghoa (PIT) yang didirikan oleh Haji Yap A Siong alias Haji Abdusshomad.
Partai yang berbasis di Deli Serdang itu dibentuk setelah kepulangan Yap A Siong dari ibadah haji.
Haji A Siong mendapatkan tanah, kemudian dimanfaatkan sebagai pusat pengembangan Islam.
Dikutip dari buku Muslim China Benteng (2021), anggota PIT yakni berjumlah 4.800 orang.
Baca juga: Perang Kuning, Bersatunya Masyarakat Tionghoa dan Jawa Melawan Penjajahan
Setelah Kemerdekaan Indonesia, kelompok masyarakat Tionghoa yang sebelumnya berpihak kepada Belanda beralih haluan. Mereka memihak Pemerintah Indonesia.
Demi melindungi kepentingan politik dan ekonomi masyarakat Tionghoa, mereka mendirikan Persatuan Tionghoa (PT) pada 23 Mei 1948.
Partai itu tidak secara spesifik menaungi masyarakat muslim Tionghoa, tetapi organisasi berdasarkan etnis.
Perkembangannya cukup pesat karena anggotanya mencapai 10.000 orang dengan 27 cabang dalam dua tahun.
Sampai akhirnya muncul partai pesaing yakni Persatuan Tionghoa Indonesia (PTI) yang didirikan pada 26 Februari 1950.
Baca juga: Kelenteng Thian Hou Kiong Oase Penyejuk Hati Warga Tionghoa Gorontalo
Kedua partai tersebut memiliki misi berbeda. PT mengusung misi integrasionis, sementara PTI mengusung misi asimilasi.
Ketika dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), PT diubah menjadi Partai Demokrat Tionghoa Indonesia, lelu menjadi Badan Permusyawaratan Masyarakat Tionghoa (Baperki) pada 1953.
Sayangnya, banyak kelompok masyarakat Tionghoa yang tidak sepakat dengan Baperki karena mengusung misi integrasionis.