Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Makam Tan Malaka di Desa Selopanggung

Kompas.com - 22/02/2023, 13:30 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kematian Tan Malaka masih menjadi misteri. Tidak ada yang tahu secara pasti penyebab ia meninggal dan di mana dikebumikan.

Sebagai orang pertama yang mencetuskan konsep republik untuk Indonesia, akhir hidup Tan Malaka jauh dari kemewahan. Ia kerap disandingkan dengan stigma pemberontak, hingga akhirnya terlupakan.

Nama Tan Malaka tidak ditemukan di berbagai taman makam pahlawan meski telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno pada 23 Maret 1963.

Baca juga: Kiprah Tan Malaka Membangun Sekolah untuk Rakyat di Semarang

Misteri kematian dan lokasi makam Tan Malaka mulai terkuak pada Juni 2007 ketika sejarawan Belanda Harry A Poeze menerbitkan buku Verguisd en vergeten.

Dari penelitian Poeze, untuk pertama kalinya diketahui bahwa Tan Malaka meninggal pada 21 Februari 1949.

Poeze mulai tertarik meneliti tentang Tan Malaka sejak 1971 ketika ia berkuliah di Universitas Amsterdam.

Dikutip dari buku Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 4 (2014), Poeze datang ke Indonesia usai menerbitkan Verguisd en vergeten.

Ia datang ke Indonesia untuk mempresentasikan bukunya dan mencari makam Tan Malaka. Sebelumnya ia memperkirakan makam Tan Malaka berada di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Setelah itu, banyak media di Indonesia mulai menggali kesaksian warga sekitar untuk mencari lokasi pasti makam Tan Malaka.

Dari kesaksian warga sekitar didapatkan informasi bahwa dulu pernah ada penembakan seorang pria oleh anggota Batalion Sikatan Divisi Brawijaya di Desa Selopanggung, kemudian jenazahnya dikuburkan di permakaman desa.

Baca juga: Tan Malaka, Pahlawan Nasional dan Bapak Republik yang Terlupakan...

Pada Desember 2007, keluarga Tan Malaka datang ke Desa Selopanggung. Setelahnya, pada Januari 2008 dibentuk Panitia Pencari Makam Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Pada 19 Juli 2008, Panitia Pencari Makam Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan Poeze menggelar perundingan.

Dalam pertemuan itu muncul dugaan makam Tan Malaka ada di dekat kuburan Mbah Selopanggung, pendiri desa. Sebab, di dekat kuburan itu terdapat makam misterius.

Pembukaan makam direncanakan untuk memastikan dugaan tersebut. Sisa kerangka di dalam kuburan dicocokkan dengan DNA putra adik kandung Tan Malaka, bernama Zulfikar.

Tes DNA dilakukan oleh tim forensik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain tim forensik, diundang pula sejarawan Asvi Warman Adam. 

Pembongkaran makam yang dilakukan pada 12 September 2009 itu diketuai oleh Dokter Djaja Surya Atmadja. Pada kedalaman sekitar 1 meter, tim forensik pun menemukan kerangka. 

Baca juga: Detik-detik Terakhir Tan Malaka...

Setelah melewati proses yang cukup panjang, pada 8 Januari 2012, tim forensik uji DNA memberi tahu hasil temuan mereka kepada keluarga Tan Malaka. Informasi itu pun lantas disebar secara luas kepada media.

Namun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Dalam laporan itu disebutkan bahwa pemeriksaan tulang dan gigi tidak bisa membuktikan seratus persen bahwa kerangka di makam tersebut adalah Tan Malaka. 

Menurut Djaja, DNA dalam serpihan tulang itu telah lenyap karena jasad sudah terkubur selama 60 tahun.

Sementara itu Asvi Warman Adam membuat kesimpulan bahwa persamaan mengenai jenis kelamin, ras, tinggi badan dan kondisi meninggal dengan lengan tersilang ke belakang sudah cukup untuk membuktikan bahwa kerangka dalam makam tersebut adalah Tan Malaka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Penerapan Denda Rp 500 Juta pada Pengobatan Alternatif

[HOAKS] Penerapan Denda Rp 500 Juta pada Pengobatan Alternatif

Hoaks atau Fakta
Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com