Dikutip dari Amnesty Internasional Indonesia, Aksi Kamisan telah mewadahi suara-suara rakyat yang tertindas dari berbagai daerah.
Petani, nelayan, buruh, dan warga masyarakat lainnya yang ruang hidupnya terampas oleh korporasi maupun proyek pembangunan sesekali datang ke Jakarta dan bergabung dengan Aksi Kamisan untuk menyuarakan hak-haknya.
Aksi Kamisan menjadi ruang publik untuk menyuarakan berbagai permasalahan rakyat yang belum ditangani oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Sumarsih mengatakan, ada sebagian pihak yang menganggap Aksi Kamisan tidak menghasilkan apa pun. Namun, dia menilai sebaliknya.
"Ada yang bilang Aksi Kamisan itu gak ada hasilnya. Tapi kalau buat saya hasilnya luar biasa. Kenapa luar biasa? Karena yang jelas aksi ini sudah menginspirasi anak-anak muda di berbagai kota," kata Sumarsih.
Baca juga: Saat Moeldoko Ditolak Peserta Aksi Kamisan di Semarang…
Kata-kata Sumarsih bukan sekadar isapan jempol. Di banyak tempat seperti Yogyakarta, Bandung, Samarinda, Makassar, Solo, dan berbagai daerah lainnya, anak-anak muda berinisiatif membuat Aksi Kamisan di daerah masing-masing.
Setiap Kamis mereka mengajak teman sebayanya dan masyarakat umum untuk ikut memperjuangkan hak-hak korban dan melawan impunitas yang terus dilanggengkan negara.
Di Samarinda misalnya, mereka telah mengadakan Aksi Kamisan sebanyak 275 kali.
Sumarsih mengatakan, Aksi Kamisan akan berhenti jika pesertanya hanya tiga orang. Namun, sejauh ini aksi tersebut paling sedikit hanya diikuti tujuh orang.
"Selama ini sampai Aksi Kamisan ke 750 yang kemarin itu paling sedikit dihadiri tujuh orang karena pada saat itu hari Kamis menjelang lebaran tahun 2022," tuturnya.