Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/01/2023, 09:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Enam belas tahun sudah payung-payung hitam terkembang di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, setiap Kamis. Barisan orang yang menggenggam payung-payung itu pun berpakaian senada: hitam.

Kamis, 18 Januari 2007 menjadi hari pertama barisan payung hitam itu terkembang. Pelopor aksi itu adalah Maria Katarina Sumarsih dan Suciwati, serta kawan-kawan dari Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK).

Sumarsih merupakan ibu dari Bernardus Realino Norma Irmawan atau Wawan, yang tewas ditembak aparat saat Tragedi Semanggi I, 13 November 1998.

Sementara Suciwati adalah istri almarhum pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) Munir. Suciwati juga kehilangan Munir yang dibunuh dalam perjalanan udara menuju Belanda.

Baca juga: 16 Tahun Aksi Kamisan, Tetap Ada dan Berlipat Ganda...

Keduanya menginisiasi aksi yang menjadi wadah bagi korban dan keluarga korban pelanggaran HAM masa lalu untuk menuntut keadilan.

Pada awalnya, aksi tersebut diberi nama Aksi Diam. Seiring berjalannya waktu, aksi tersebut berubah nama menjadi Aksi Kamisan.

Makna payung hitam

Ketika hendak memulai Aksi Kamisan, Sumarsih dan Suciwati membahas tentang maskot yang akan menjadi simbol dari gerakan mereka.

Sumarsih mengusulkan payung, dan Suciwati mengusulkan agar payungnya berwarna hitam.

"Saya bilang, 'Bagaimana kalau payung?' Kemudian Mbak Suci bilang warnanya hitam. Bagi saya hitam itu adalah keteguhan. Keteguhan di dalam mencintai insan manusia," kata Sumarsih dalam diskusi #16TahunAksiKamisan Yang Terekam Takkan Dilupakan di Twitter Space @AksiKamisan, Rabu (18/1/2023).

Seiring berjalannya waktu, Aksi Kamisan menjelma menjadi sebuah gerakan konsisten. Pada Kamis (19/1/2023) terlaksana Aksi Kamisan yang ke-760.

Dalam perjalanannya, semakin banyak kalangan yang terlibat aksi tersebut. Mulai dari mahasiswa, anak muda, seniman, aktivis, dan kelompok lainnya.

Baca juga: Keteguhan Sumarsih Menuntut Keadilan...

Aksi itu telah menyebar ke sejumlah kota, tidak hanya di Jakarta. Berdasarkan catatan Sumarsih, sudah ada 60 kota yang menggelar Aksi Kamisan

Banyak kasus pelanggaran HAM berat masa lalu yang disuarakan lewat Aksi Kamisan. Tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti, Tragedi 13-15 Mei 1998, Talangsari, Tanjung Priok, hingga Tragedi Kemanusiaan 1965.

Aksi Kamisan - Para aktivis Aksi Kamisan kembali berkumpul menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, dengan mengangkat tema menuntut pemerintah menuntaskan sejumlah kasus pelanggaran Hak Asai Manusia (HAM) termasuk kasus Tragedi Semanggi I yang 20 tahun tidak terselesaikan, Kamis (15/11/2018). Dalam berbagai permasalahan penyelesaian kasus HAM banyak permasalahan impunitas yang menghalangi dalam penuntasannya.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO (RON)
15-11-2018KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Aksi Kamisan - Para aktivis Aksi Kamisan kembali berkumpul menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, dengan mengangkat tema menuntut pemerintah menuntaskan sejumlah kasus pelanggaran Hak Asai Manusia (HAM) termasuk kasus Tragedi Semanggi I yang 20 tahun tidak terselesaikan, Kamis (15/11/2018). Dalam berbagai permasalahan penyelesaian kasus HAM banyak permasalahan impunitas yang menghalangi dalam penuntasannya. KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO (RON) 15-11-2018

Dampak Aksi Kamisan

Dikutip dari Amnesty Internasional Indonesia, Aksi Kamisan telah mewadahi suara-suara rakyat yang tertindas dari berbagai daerah.

Petani, nelayan, buruh, dan warga masyarakat lainnya yang ruang hidupnya terampas oleh korporasi maupun proyek pembangunan sesekali datang ke Jakarta dan bergabung dengan Aksi Kamisan untuk menyuarakan hak-haknya.

Aksi Kamisan menjadi ruang publik untuk menyuarakan berbagai permasalahan rakyat yang belum ditangani oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Sumarsih mengatakan, ada sebagian pihak yang menganggap Aksi Kamisan tidak menghasilkan apa pun. Namun, dia menilai sebaliknya. 

"Ada yang bilang Aksi Kamisan itu gak ada hasilnya. Tapi kalau buat saya hasilnya luar biasa. Kenapa luar biasa? Karena yang jelas aksi ini sudah menginspirasi anak-anak muda di berbagai kota," kata Sumarsih.

Baca juga: Saat Moeldoko Ditolak Peserta Aksi Kamisan di Semarang…

Kata-kata Sumarsih bukan sekadar isapan jempol. Di banyak tempat seperti Yogyakarta, Bandung, Samarinda, Makassar, Solo, dan berbagai daerah lainnya, anak-anak muda berinisiatif membuat Aksi Kamisan di daerah masing-masing.

Setiap Kamis mereka mengajak teman sebayanya dan masyarakat umum untuk ikut memperjuangkan hak-hak korban dan melawan impunitas yang terus dilanggengkan negara.

Di Samarinda misalnya, mereka telah mengadakan Aksi Kamisan sebanyak 275 kali.

Sampai kapan Aksi Kamisan?

Sumarsih mengatakan, Aksi Kamisan akan berhenti jika pesertanya hanya tiga orang. Namun, sejauh ini aksi tersebut paling sedikit hanya diikuti tujuh orang.

"Selama ini sampai Aksi Kamisan ke 750 yang kemarin itu paling sedikit dihadiri tujuh orang karena pada saat itu hari Kamis menjelang lebaran tahun 2022," tuturnya.

Dia menuturkan, sebenarnya yang datang hari itu ada delapan orang, tetapi satu orang pulang lebih duluan karena khawatir sulit mencari kendaraan.

"Pada hari itu jalannya diblokir, ada demo di patung kuda, jadi kalo di patung kuda ada demo gitu kan jalan di sekitar istana ditutup. Terus yang ikut delapan orang itu juga pernah dua kali di bulan Desember 2007 dan Desember 2008," ucapnya.

Sebagai manusia biasa, Sumarsih sendiri mengaku pernah merasa lelah dengan apa yang dilakukannya.

Bahkan, sempat terbersit di pikirannya mengapa selalu saja ada lebih dari tiga orang yang datang di Aksi Kamisan.

"Kadang-kadang putus asa. Terus yang menyemangati ya itu tadi, cinta saya kepada Wawan. Duka saya sudah bertransformasi pada cinta kepada sesama, dan juga bertransformasi pada perjuangan untuk menegakkan hukum dan HAM," kata Sumarsih.

"Harapan saya ya semoga penyelesaian pelanggaran HAM berat ini menjadi barometer penegakan hukum dan HAM di Indonesia. Tapi tidak mudah. Sekecil apapun, saya berusaha untuk memelihara harapan supaya tidak lelah," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Sejarah dan Fakta
Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com