Tak hanya itu, pihaknya mengincar efisiensi ongkos energi yang diperkirakan bisa mencapai 25 persen daripada hanya menggunakan saluran PLN.
Artinya, panel surya yang menghasilkan listrik 51,84 kWp itu bisa mengurangi beban biaya perusahaan untuk energi hingga Rp 7,2 juta per bulan.
Instalasi panel surya di sana bersifat on grid, sehingga bila ada kelebihan daya dari yang dibutuhkan, akan disalurkan langsung ke PLN.
Kelebihan pemasangan panel surya metode on grid, tidak membutuhkan baterai sehingga lebih hemat biaya beli baterai dan perawatannya.
"Ke depan, energi semakin mahal. Mau tidak mau akan ke sana, dan kita ingin jadi pionir. Dan Panel surya yang paling memungkinkan," kata Edy.
Menurut dia, untuk kondisi hotel yang dikelolanya, penggunaan panel surya paling cocok dibanding EBT lain, karena pemasangan mudah dan cepat, serta mudah dikombinasikan dengan sistem kelistrikan yang sudah ada.
Pihaknya mendapat garansi 25 tahun dari vendor. Setelah masa garansi itu, panel surya tetap bisa dipakai, namun diperkirakan telah berkurang kinerjanya.
Efisiensi atau penghematan biaya operasional perusahaan, karena memanfaatkan daya listrik EBT, juga dirasakan PT Industri Gula Glenmore (IGG) di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.
Bahkan, penghematan diklaim mencapai 95 persen, karena biaya operasional perusahaan anak PTPN XII dan PTPN XI itu, didominasi ongkos energi untuk menggerakkan mesin.
Selain itu ongkos pegawai terbilang rendah, karena mesin-mesin yang mereka gunakan untuk memasukkan bahan baku hingga pengepakan, bersifat semi otomatis.
Manajer Pengolahan PT IGG Guntur Prihatomo mengatakan, pabrik gula beserta pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) itu mulai beroperasi pada 2016.
"Tebu digiling yang menghasilkan nira dan ampas. Nira diproses menjadi gula dan ampas dibakar di boiler, yang menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin uap dan menghasilkan listrik," kata Guntur melalui telepon, Rabu (28/12/2022).