Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Hoaks soal Pertentangan Nilai dan Budaya Saat Piala Dunia 2022

Kompas.com - 02/12/2022, 21:02 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Piala Dunia Qatar 2022 diwarnai kontroversi mengenai kampanye dukungan terhadap keberagaman orientasi seksual.

Inisiatif kampanye One Love ini awalnya didukung oleh negara-negara Eropa, seperti Belanda, Belgia, Denmark, Perancis, Inggris, Jerman, Norwegia, Swedia, Swiss, dan Wales.

Dilansir ESPN, Rabu (21/9/2022), Belanda menginisiasi penggunaan ban kapten bermotif pelangi oleh tim peserta Piala Dunia.

Kendati demikian, inisiatif tersebut bertentangan dengan budaya dan nilai yang dianut Qatar sebagai tuan rumah.

Ketegangan makin serius karena suporter di beberapa negara dengan budaya dan nilai serupa mulai menunjukkan sentimennya.

Berikut kumpulan informasi keliru seputar kontroversi tersebut, beserta penelusuran faktanya.

Klarifikasi ban lengan kapten bermotif pelangi

Isu soal ban kapten pelangi dengan cepat jadi perbincangan di media sosial. Muncul narasi mengenai daftar negara Eropa yang akan memakai ban tersebut pada Piala Dunia 2022.

Meski sempat ada wacana mengenai pemakaian ban lengan pelangi bagi kapten kesebelasan, tetapi hal itu urung dilakukan.

Desain ban lengan untuk pertandingan Piala Dunia telah diatur oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Desain ban lengan sesuai aturan, yakni ban dengan warna yang mengisyaratkan warna bendera negara bersangkutan.

Ban lengan juga boleh dibuat mencolok dengan warna yang kontras dengan warna jersey pemain.

Sebelum Piala Dunia, Kapten Tim Perancis Hugo Lloris bahkan mengisyaratkan dia tidak akan mengenakan ban kapten berwarna pelangi.

Secara garis besar, dia beralasan menghormati FIFA dan menghargai Qatar sebagai tuan rumah, termasuk budaya di negara tersebut.

Kesimpulannya, narasi mengenai daftar negara yang memakai ban lengan pelangi keliru. Tidak ada kapten tim yang memakai ban lengan pelangi sejauh Piala Dunia berlangsung.

Simak fakta selengkapnya di sini.

Hoaks soal ban kapten timnas Qatar

Masih soal ban kapten. Setelah wacana ban lengan pelangi, berbedar klaim bahwa kapten tim nasional Qatar memakai ban lengan bergambar bendera Palestina saat laga pertama Piala Dunia 2022.

Pola hoaksnya sama, yakni mengaitkan ban lengan dengan politik atau wacana tertentu.

Kendati demikian, faktanya tetap satu. FIFA hanya memperbolehkan pemakaian ban lengan kapten sesuai dengan desain yang telah diatur.

Adapun pada pertandingan pembuka Piala Dunia melawan Ekuador pada Minggu (20/11/2022), tidak ada pemain Qatar yang memakai ban lengan bergambar bendera Palestina.

Buktinya dapat dilihat di siaran langsung dan foto saat pertandingan.

Telusuri fakta selanjutnya di sini.

Qatar tidak menolak pesawat Jerman

Timnas Jerman berangkat untuk mengikuti Piala Dunia 2022 menggunakan pesawat Lufthansa, maskapai resmi timnas dengan tulisan "Diversity Wins" di badan pesawatnya.

Beredar narasi di media sosial bahwa Qatar menolak pesawat tersebut mendarat. Pesawat Lufthansa tidak mendarat di Qatar, melainkan di Oman pada 14 November 2022.

Faktanya, timnas Jerman memang ada agenda di Oman. Mereka singgah di kamp pelatihan dan mengadakan gladi bersih Piala Dunia melawan Oman pada hari berikutnya.

Sementara, pesawat Lufthansa membawa penumpang umum ke Dubai, kemudian kembali ke Frankfrut.

Timnas Jerman pun terbang ke Qatar menggunakan pesawat regional dari Oman. Mereka menghadapi Jepang pada Rabu (23/11/2022).

Baca fakta selengkapnya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com