KOMPAS.com - Belakangan ini kasus kebocoran data tengah menjadi sorotan, menyusul terjadinya kebocoran data di beberapa instansi. Sepanjang 2022 ini tercatatat terjadi beberapa kasus dugaan kebocoran data, mulai dari yang dialami Indihome sampai PLN.
Bahkan, baru-baru ini masyarakat kembali dibuat geger dengan kabar kebocoran data pendaftar kartu SIM telepon yang diklaim didapatkan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Seorang anggota Breached Forums bernama Bjorka mengeklaim memiliki data 1, miliar nomor telepon seluler Indonesia.
Akun tersebut pun menjual data sebesar 87 GB itu dengan harga 50.000 dollar AS atau setara sekitar Rp 743 juta.
Baca juga: 1,3 Miliar Data Nomor Ponsel di Indonesia Bocor, Begini Cara Mengeceknya...
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com sebelumnya, praktisi keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan bahwa data tersebut kemungkinan besar berasal dari registrasi kartu SIM prabayar.
Sebab, menurut Alfons, data yang diekspos oleh hacker merupakan data yang menyangkut nomor telepon dan provider telekomunikasi.
"Kemungkinan besar memang itu dari data registrasi kartu SIM. Ada NIK, nomor telepon, provider telko. Jumlah datanya 1,3 miliar dibagi 4 kolom sekitar 325 juta pendaftaran kartu SIM per 2020," kata Alfons
Kasus kebocoran data tersebut pun cukup meresahkan masyarakat, pasalnya kejadian tersebut sering kali kali terjadi di Indonesia.
Baca juga: Pengamat: Masyarakat Jangan Disalahkan soal Kebocoran Data 1,3 Miliar Nomor HP
Sejumlah institusi pengelola data beberapa kali kecolongan, sehingga mengalami kebocoran data.
Berikut Kompas.com sajikan lima peristiwa kebocoran data yang pernah terjadi di Indonesia :
Mncul dugaan kebocoran data pengguna dari aplikasi Electronic Health Alert (e-HAC) buatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Penelusuran yang dari peneliti keamanan siber VPNMentor, kebocoran data di aplikasi e-HAC ini terjadi pada 15 Juli 2021.
Menurut VPNMentor, diperkirakan ada 1,3 juta data pengguna e-HAC yang bocor. Ukuran data itudisebut mencapai sekitar 2 GB.