Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes Anas Maruf mengatakan bahwa kebocoran data tersebut berasal dari aplikasi e-HAC lama.
Menurut dia, mulai 2 Juli 2021, aplikasi e-HAC sudah tidak lagi digunakan karena sudah terintegrasi dengan aplikasi PeduliLindungi, sesuai dengan surat edaran dari Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/847/2021.
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, pada 2021 sebuah unggahan di Twitter tentang kebocoran data penduduk viral di media sosial.
Dalam unggahan itu disebutkan bahwa data 279 juta penduduk Indonesia bocor dan dijual di forum online 'Raid Forums'
Data tersebut dijual oleh seorang anggota forum dengan akun "Kotz". Dalam keterangannya, Kotz mengatakan, data tersebut berisi NIK, nomor ponsel, e-mail, alamat, dan gaji.
Data tersebut termasuk data penduduk Indonesia yang telah meninggal dunia. Dari data 279 juta orang tersebut, 20 juta di antaranya disebut memuat foto pribadi.
Penjual juga menyertakan tiga tautan berisi sampel data yang bisa diunduh secara gratis.
Data nasabah perusahaan asuransi BRI Life diduga bocor dan dijual di dunia maya. Kabar kebocoran data ini diungkap pertama kali oleh akun Twitter @UnderTheBreach, 27 Juni 2021.
Menurut akun tersebut ada sekitar 2 juta nasabah yang terdampak dan ada sekitar 463.000 dokumen yang berhasil diambil peretas.
Ia juga menuliskan peretas memiliki video demonstrasi berdurasi 30 menit, yang berisi tentang sejumlah besar data (sekitar 250 GB) yang mereka peroleh.
Kompas.comsebelumnya telah menulis, dalam tangkapan layar yang dibagikan, terlihat bahwa data nasabah yang dimiliki sang hacker adalah berbentuk file berformat PDF.
Data tersebut berisi sejumlah informasi seperti foto KTP, rekening, nomor wajib pajak, akte kelahiran, hingga drekam medis.
Seluruh data yang diambil oleh hacker ini dijual dengan harga 7.000 dollar AS atau sekitar Rp 101,6 juta.
Jutaan data kependudukan milik warga Indonesia diduga bocor dan dibagikan lewat forum komunitas hacker.
Data tersebut diklaim berasal dari situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan merupakan data Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2014.
Temuan dugaan kebocoran data pemilih tetap KPU tersebut pertama kali diungkap oleh akun Twitter @underthebreach, pada Kamis 21 Mei 2020. Data tersebut dibagikan di forum komunitas hacker.