KOMPAS.com - Iran meluncurkan serangan udara besar-besaran terhadap Israel, pada Sabtu (13/4/2024) tengah malam, dan Minggu (14/4/2024) dini hari.
Ini merupakan serangan langsung pertama Iran setelah kedua negara terlibat ketegangan selama puluhan tahun.
Serangan Iran merupakan balasan atas serangan udara Israel, pada 1 April 2024, yang menewaskan dua jenderal Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Berikut beberapa fakta terkait serangan Iran ke Israel dirangkum dari berbagai sumber.
Sedikitnya 300 pesawat nirawak atau drone dan peluru kendali (rudal) diluncurkan dari wilayah Iran.
Dilansir Al Jazeera, Iran menyebut serangan itu sebagai Operasi Janji Sejati. Serangan dimulai Sabtu (13/4/2024) malam sekitar pukul 20.00.
Selama serangan yang berlangsung lima jam, ledakan terdengar di kota-kota di seluruh Israel, termasuk Tel Aviv.
Kepala juru bicara militer Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan, serangan Iran melibatkan lebih dari 120 rudal balistik, 170 drone, dan lebih dari 30 rudal jelajah.
Sirine serangan udara terdengar di lebih dari 720 lokasi ketika Israel berusaha menembak jatuh proyektil Iran.
Militer Israel mengatakan, sebagian besar proyektil berhasil dicegat di luar perbatasan negaranya, dengan bantuan dari Amerika Serikat, Inggris dan Perancis.
Yordania juga menembak jatuh beberapa rudal yang ditujukan ke Israel saat terbang melalui wilayah udaranya.
Iran dan Israel kerap melancarkan "serangan bayangan" di darat, laut, udara, bahkan dunia maya.
Iran memberikan dukungan terhadap pasukan proksi, seperti Hizbullah di Lebanon, Hamas di Tepi Barat dan Gaza, serta Houthi di Yaman.
Sementara, Israel beberapa kali menyerang dengan membunuh figur publik Iran.
Misalnya pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka, Mohsen Fakhrizadeh, pada 2021 dan Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Kolonel Sayad Khodayee, pada 2022.