Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kekuatan Koalisi Gerindra-PKB, Memperkuat Potensi Suara atau Instruksi Jokowi?

Kompas.com - 18/08/2022, 09:09 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Dari hati atau instruksi ?

Sejumlah partai di koalisi Jokowi pada Pilpres 2019 lalu mulai terpecah. Setelah sebelumnya Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) membentuk Koalisi Bersatu (KIB), kini giliran Gerindra dan PKB yang membentuk koalisi baru. 

Beragam spekulasi pun bermunculan terkait terbentuknya dua koalisi tersebut, termasuk bersatunya Gerindra dengan PKB, apakah dibentuk dari hati atau malah instruksi dari Jokowi.

"Misterinya kenapa ya koalisi dalam pemerintahan Pak Jokowi mencar-mencar akhirnya. Pertama adalah apakah ada perpecahan dalam koalisi Pak Jokowi," ucap Hensat.

"Pertanyaan kedua, jangan-jangan tidak ada perpecahan dan ini di-setting oleh Pak Jokowi, jadi nanti siapa pun presidennya All Jokowi Man, apakah begitu? Dua pertaanyaan itu harus dijawab dulu, terlepas dari demokrasi di 2024 akan berbeda dengan 2019 dan 2014," kata pria kelahiran Jakarta ini.

Hensat menyatakan, jika koalisi yang saat ini terbentuk awet dan bukan settingan maka akan berdampak  baik untuk demokrasi Indonesia. Sebab, akan membuat calon presiden semakin banyak dan tidak hanya sekadar dua calon.

Jika calon presiden lebih dari dua, rakyat pun akan lebih bervaritif dalam memilih pemimpin yang akan dipercaya memimpin Indonesia lima tahun ke depan.

"Catatannya adalah penguasa saat ini Presiden Jokowi tidak menghalangi siapa pun tokoh Indonesia untuk maju ke dalam perhelatan Pilpres 2024 nanti," kata dia. 

Hensat berharap partai besar lain seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Nasdem bisa membuat koalisi sendiri dan tidak bergabung dengan KIB maupun koalisi Gerindra dan PKB. Supaya calon presiden tidak hanya dua orang saja seperti pemilu sebelumnya.

"Mudah-mudahan saja bukan karena instruksi tetapi dari hati, nah kalau dari hati harusnya koalisi ini masih langgeng sampai 2024," kata Hendri Satrio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com