Buku itu juga memaparkan pengakuan Fenton Bresler, pengacara dan penulis buku Who Killed John Lennon? (1981), yang memperoleh dokumen rahasia dari FBI dan CIA yang mengeklaim Lennon sedang dilacak oleh badan-badan intelijen selama tahun 1970-an.
Chapman juga disebut dikendalikan menggunakan obat-obatan dan hipnosis, serta disebut sempat menghilang dan berada di Chicago selama tiga hari sebelum tiba di New York.
Hal ini diklaim menunjukkan bahwa Chapman sedang dilatih untuk membunuh Lennon.
Bresler juga mengutip letnan polisi New York yang menginterogasi Chapman pada malam pembunuhan Lennon, yang mengatakan bahwa Chapman tampak seperti telah "diprogram".
Dilansir dari Daily Star, gagasan bahwa Chapman telah diprogram untuk menghabisi nyawa mantan pentolan Beatles itu juga diungkapkan penulis Phil Strongman.
Menurut Strongman, dalam bukunya John Lennon: Life, Times and Assassination (2010), Chapman telah diprogram untuk melakukan pembunuhan, dengan novel The Catcher in the Rye sebagai pemicunya.
Selain keterlibatan CIA dan FBI, beredar pula teori yang menyebut bahwa pembunuh Lennon sebenarnya adalah penjaga pintu gedung apartemen, bukan Chapman.
Akan tetapi, Chapman tidak pernah menyangkal bahwa dia adalah orang yang menghabisi nyawa Lennon dan bahwa dia bertindak seorang diri.
Chapman mengaku bersalah
Tidak diragukan lagi bahwa Chapman telah menembak Lennon, tetapi sedikit yang mengira bahwa ia akan mengakui kesalahannya di pengadilan.
Dilansir dari UCR, pengacara Chapman telah mengajukan pembelaan tidak bersalah dengan alasan kondisi kejiwaan yang terganggu.
Ketika ditangkap, Chapman memberi tahu petugas bahwa dia adalah Holden Caulfield (protagonis novel The Catcher in the Rye) dan juga iblis.
Tak hanya itu, pada awal 1981 Chapman mengirim surat ke New York Times berisi ajakan kepada semua orang untuk menemukan pencerahan dalam novel karya J.D. Salinger itu.
Namun, saat tanggal persidangan semakin dekat, Chapman menolak strategi pengacaranya yang memintanya mengaku sakit jiwa di depan pengadilan.