KOMPAS.com - Spotify akhirnya membentuk dewan penasihat atau Safety Advisory Council untuk menanggulangi konten-konten negatif di platform tersebut.
Pembentukan dewan penasihat itu merupakan salah satu upaya Spotify untuk menangani ujaran kebencian, disinformasi, ekstremisme, dan penyalahgunaan platform.
Pada awal tahun 2022, Spotify menerima kritik tajam dari berbagai kalangan terkait konten podcast populer "The Joe Rogan Experience".
Joe Rogan dituding sengaja memanfaatkan platform tersebut untuk menyebarkan informasi menyesatkan terkait Covid-19.
Baca juga: Joe Rogan Picu Kontroversi, Spotify Dituntut Tindak Tegas Misinformasi di Podcast
Memberi masukan untuk Spotify
Dilansir dari CNBC, Spotify mengumumkan pembentukan Safety Advisory Council atau dewan penasihat pada 13 Juni 2022.
Kepala Urusan Global Spotify, Dustee Jenkins, mengatakan bahwa dewan penasihat akan memberikan masukan terkait pengembangan produk dan kebijakan.
Dewan penasihat itu terdiri dari 18 pakar, termasuk perwakilan dari Washington D.C., kelompok hak-hak sipil di Center for Democracy & Technology, University of Gothenburg di Jerman, serta Institute for Technology and Society di Brasil.
"Idenya adalah membawa para ahli terkemuka, banyak dari mereka telah bekerja di bidang ini selama beberapa tahun, untuk mewujudkan kerja sama dengan mereka," kata Jenkins.
"Dan untuk memastikan bahwa kami tidak berbicara dengan mereka hanya ketika berada di tengah masalah. Sebagai gantinya, kami bertemu dengan mereka secara cukup teratur, sehingga kami dapat lebih proaktif tentang bagaimana kami memikirkan masalah ini di seluruh perusahaan," ucapnya.
Bukan karena podcast Joe Rogan
Meski pembentukan dewan penasihat ini tak berselang lama setelah kontroversi podcast Joe Rogan, namun Spotify berdalih bahwa hal tersebut tidak berkaitan.
Kepala Keamanan Spotify, Sarah Hoyle, mengatakan bahwa dewan ini tidak dibentuk sebagai reaksi terhadap kreator atau masalah tertentu.
Ia menegaskan, pembentukan dewan penasihat merupakan bentuk pengakuan Spotify terkait perlunya menghadapi tantangan dalam mengoperasikan platform.
"Bagaimana kami meningkatkan keahlian internal yang sudah kami miliki di Spotify, untuk memanfaatkan pakar-pakar ini, dan mereka ada di pasar di seluruh dunia, sama seperti pengguna kami, seperti kreator kami," kata Hoyle.