Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Sastrio menilai, beredarnya klaim nama-nama menteri yang kena dampak reshuffle membuat kehebohan yang berlebihan.
Meskipun, kenyataannya perombakan kabinet yang terjadi tidak berdampak besar.
"Jadi kita terkejut juga, yah ternyata reshuffle-nya begitu tok (saja). Padahal, kehebohannya sudah mirip seperti saat Pak Jokowi pertama kali mengumumkan kabinet," kata Hendri melalui telepon, Rabu (15/6/2022).
Menurut dia, ada tiga kemungkinan informasi seperti itu bisa muncul saat isu reshuffle mulai mencuat. Pertama, dia menilai isu dan kabar tidak jelas itu memang sengaja dibuat kelompok tertentu demi motif politik tertentu.
Kedua, daftar nama menteri yang akan di-reshuffle itu asli, namun mengalami perubahan, sehingga yang akhirnya diumumkan berbeda.
Ketiga, pihak pembuat daftar nama itu hanya berniat tebak-tebakan dan dibagikan tanpa tujuan politis.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan ramainya tebak-tebakan nama menteri yang di-reshuffle menunjukkan dinamika politik di Ibu Kota.
Informasi liar seperti itu selalu mengutamakan menteri dari partai apa yang dicopot dan apakah kader partai lain yang menggantikannya.
Ia menilai, ada kemungkinan kelompok tertentu berupaya menggiring opini atau menyodorkan nama tertentu pada presiden melalui informasi liar sebelum pengumuman reshuffle.
Kesadaran masyarakat untuk mengandalkan informasi yang telah terkonfirmasi, dia anggap yang bisa mengurangi informasi liar terkait reshuffle.
Sebab, menurut Hanta, informasi-informasi palsu itu bisa menurunkan kualitas atau kesehatan demokrasi di negeri ini.
Bahkan Presiden Joko Widodo pernah membatalkan rencana reshuffle karena keributan berlebihan dan liarnya informasi nama-nama menteri.
"Dia tidak mau ditekan, didikte. Kalau ini terus-terusan saya kira tidak baik ya bagi pendidikan demokrasi. Kita berharap demokrasi kita semakin bagus, setiap ada informasi itu harus dipertanggungjawabkan (agar) semakin berkualitas," kata Hanta melalui telepon, Rabu (15/6/2022).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.